Mungkin
aku adalah satu dari sekian banyak orang yang masih tidak mengerti dengan hobi
mendaki gunung…dan mereka yang menggemarinya. Bahkan setlah mencobanya melalui
liputan di Himalaya ini, aku masih tidak menemukan passion nya. Orang sepertiku
akan bertanya-tanya, dimanakah letak kenikmatan pergi ke tempat berbahaya dan
menguras tenaga?? Tempat dimana suhu, iklim, dan linkungannya bukanlah tempat
yang dapat diterima oleh tubuh kebanyakan manusia?!!?? Dan tentunya, para
pecinta olahraga mendaki akan memiliki 1001 jawaban atas pertanyaan tersebut…
Gunung-gunung es, seperti Everest, tentunya menjadi dambaan bagi seluruh pendaki di dunia. Dan terbukti ratusan orang dengan bangga mempublikasik
an
keberhasilan mereka mencapai summit Everest...bahkan
menjadi kebanggaan jika mereka bisa mendaki sebagai solo climber. Publikasi akan mengundang decak kagum dari berbagai
kalangan, termasuk sponsor -- dan mereka memang layak untuk mendapatkannya.
Tetapi nampaknya banyak oang yang lupa bahwa sehebat apa pun para pendaki macam
ini, mereka tidak akan sanggup untuk melakukannya tanpa bantuan para porter yang mendampingi mereka. Para porter menempuh jalan yang sama dengan
yang para pendaki tempuh -- bahkan berangkat lebih awal, untuk menyediakan
tenda dan tabung-tabung oksigen -- dan mengangkat barang-barang si pendaki. Di
saat para porter membawa beban
tersebut di tengah salju, si pendaki berjalan 'hanya' dengan beban tongkat dan
tabung oksigen yang mereka pakai. Terkadang para porter pun harus mengorbankan tabung oksigen mereka untuk para
pendaki yang kepayahan atau kekurangan oksigen di tengah jalan. Jadi sebenarnya
siapa yang lebih hebat??? Para pendaki melakukannya untuk nama, tetapi para porter melakukannya untuk memenuhi
kebutuhan dapur keluarga mereka saja.
Kenyataan inilah akhirnya yang menginspirasi salah seorang guide kami, Chiring. Ia lahir dari sebuah keluarga miskin di Rowaling, sebuah desa di ketinggian lebih dari 4000 m dpl. Saat ia kecil, orang tuanya meninggal. Jadi kau bisa bayankan betapa susahnya hidupnya. Paman Chiring memperkenalkan dunia pendakian padanya. Akhirnya Chiring pun termotivasi untuk menjadi seorang pendaki, porter, dan akhirnya menjadi guide.bagi pendaki gunung.
Jika dilihat dari penampilannya, kau tidak akan percaya pria gemuk bertampang polos dan lucu tersebut adalah seorang pendaki. Badannya pun tingginya hany sekitar 165 cm. Tapi Chiring bahkan menantang bahwa ia masih sanggup mengangkat 6-8 tabung oksigen di ketinggian di atas 5000 m dpl....dia benar-benar anak gunung...!
Gunung-gunung es, seperti Everest, tentunya menjadi dambaan bagi seluruh pendaki di dunia. Dan terbukti ratusan orang dengan bangga mempublikasik
Chiring bersama tim yang berhasil ia bawa ke Everest |
Kenyataan inilah akhirnya yang menginspirasi salah seorang guide kami, Chiring. Ia lahir dari sebuah keluarga miskin di Rowaling, sebuah desa di ketinggian lebih dari 4000 m dpl. Saat ia kecil, orang tuanya meninggal. Jadi kau bisa bayankan betapa susahnya hidupnya. Paman Chiring memperkenalkan dunia pendakian padanya. Akhirnya Chiring pun termotivasi untuk menjadi seorang pendaki, porter, dan akhirnya menjadi guide.bagi pendaki gunung.
Jika dilihat dari penampilannya, kau tidak akan percaya pria gemuk bertampang polos dan lucu tersebut adalah seorang pendaki. Badannya pun tingginya hany sekitar 165 cm. Tapi Chiring bahkan menantang bahwa ia masih sanggup mengangkat 6-8 tabung oksigen di ketinggian di atas 5000 m dpl....dia benar-benar anak gunung...!
Oh,
ya…kembali ke inspirasi Chiring. Dengan bantuan seorang temannya yang adalah
jurnalis Inggris (eh…Inggris atau Amerika, ya…???), Chiring membantu menulis
buku berjudul “Burried in the Sky”. Cerita besar dari buku ini adalah tentang
pendakian gunung K2 (perbatasan China dan India) pada tahun 2008 yang banyak
menelan korban jiwa. K2, menurut cerita, memng adalah gunung yang menyeramkan.
Kemungkinan kegagalan pendaki yang berujung kematian adalah 1 berbanding 5
dengan yang berhasil. Chiring ikut ambil bagian dalam ekspedisi itu. Ia bahkan
berhasil naik kesana tanpa bantuan tabung oksigen!!!
kiri-kanan: Chiring, aku, Hiro |
Mendengar
cerita Chiring, hatiku benar-benar terenyuh. Ingin rasanya langsung membeli
bukunya. Tapi saat launching perdananya akan di Eropa. Mungkin baru tahun depan
masuk Indonesia…huff….
No comments:
Post a Comment