Menginjakkan kaki
pertama kali di Sumba, aku teringat percakapan dengan seorang teman yang
bekerja untuk sebuah LSM yang telah belasan tahun di Sumba. Kata temanku itu
(sebut saja namanya Mawar, hehehe..) hingga saat ini program LSM nya masih
seputar MCK bagi warga. Agak aneh rasanya saat mendengar itu…
Bukan hal yang
mengejutkan untuk mengetahui banyak daerah terpencil di Indonesia kurang
mendapat perhatian pemerintah (ini bahasa halus dari kata “diabaikan”).
Jangankan mengenal cara hidup abad 21, disentuh sama fasilitas umum kayak
listrik, tower sinyal, dan jalanan beraspal aja engga gitu lho… Maka ngga heran
kalau masyarakat di berbagai daerah cukup terbelakang dan masih agak primitive.
the gorgious Waru Wora village |
Tapi kalau daerah
Sumba sudah disentuh oleh LSM selama belasan tahun, masa sih yang harus diurus dan
disosialisasikan masih MCK??
Selama berkeliling
di Waikabubak (untuk mencari penginapan), saya melihat wilayah ini baik-baik
saja, layaknya daerah yang menggeliat berkembang. Namun bergeser 1,5 jam
perjalanan darat ke kampung Waru Wora, perbedaan itu sangat terasa…
Masyarakat di kampung
ini masih tinggal di rumah-rumah adat yang atapnya terbuat dari rumput. Namun
di beberapa kawasan lain, sebagian rumah telah menggunakan atap seng, meskipun
masih dengan wujud yang menyerupai rumah adat. Terlihat agak aneh memang,
apalagi setelah ditanyakan ke penduduk local, sebenarnya rumah dengan atap seng
membuat hawa rumah mereka bagaikan sauna di siang hari…nyaris tidak ada yang
bertahan di dalam rumah. Lantas kenapa menggunakan atap seng? Katanya sebagai lambing
prestige saja….biar terlihat sebagai orang mampu (yaelaaahhh…)
Andre saat memasang pompa dan pipa di sumber air |
Disinilah saya
bertemu dengan Andre Graff. Pria berkebangsaan Prancis ini sudah hampir 10
tahun di Indonesia. Yang menarik adalah, Andre memilih tinggal di Sumba dan
mendedikasikan dirinya untuk membuat banyak sumur. Ini jauuuuuhh…berbeda banget
dengan profesinya sebelumnya: Pilot sekaligus owner perusahaan wisata dengan
balon udara
Kenapa penting
untuk menggali sumur di Sumba? Ceritanya gini….sudatu peradaban pada umumnya
berkembang di sekitar aliran sungai (itu yang kita pelajari pada peradaban
Sungai Yang Tze, Gangga, dan Mekong). Tapi di Sumba, peradaban justru terlihat
di bukit dan gunung-gunung. Lho, kok?
Di jaman bahuela,
Sumba sering terlibat perang suku. Logikanya, jika mereka mau menahan serangan
dari suku lain, maka mereka ngga boleh tinggal di lembah. Akhirnya mereka
tinggal di tempat tinggi, dan ‘mengorbankan’ kebutuhan yang lebih penting,
yaitu dalam hal makanan dan air. Akhirnya adat menjatuhkan tugas mencari air
pada wanita dan anak-anak. Jadilah setiap hari wanita dan anak-anak pergi turun
gunung demi air untuk keluarga dan ternak (mungkin tenaga para wanitanya
bagaikan Xena the warrior princess).
inilah cara anak-anak mendaki sambil membawa ember air di gua |
Masalahnya, di
Sumba aliran sungai tidak begitu banyak seperti di Jawa. Air ada di rawa-rawa
dan gua-gua. Setiap pilihan punya resiko…. Air di rawa cenderung kotor karena
juga diinjak dan diminum ternak. Air di gua sulit di jangkau dan rawan
kecelakaan saat mengambilnya. Waktu ngeliat lokasi gua di Karosoh (distrik Kodi Barat) dan Bilacenge (distrik Bukambero), rasanya pengen nangis…!
Benar-benar gelap dan cukup terjal. Can you imagine they do that regularly
without using any slippers nor flashlight?!
Bagaimanapun juga,
masyarakat Sumba telah beradaptasi dengan pola pengambilan air semacam itu
puluhan tahun. Belasan LSM telah datang untuk memberikan bantuan. Tapi mungkin
bisa kukatakan itu bantuan setengah hati. Maaf, ya…bukan bermaksud ngga
menghargai. Tapi pada kenyataannya bantuan itu ngga berhasil membawa air ke
rumah. Yang warga butuhkan air, bukan tong plastic penyimpanan air, keran,
pipa, dsb. Semua barang itu ngga akan berguna dan using seiring waktu, jika air
yang seharusnya ada disana tetap ngga berhasil dibawa….
Andre dalam sumur buatannya |
….Tapi Andre
Graff melakukannya. Simak wawancara saya dengannya…
LORI:
01:09 Pak andre, anda sudah memiliki banyak pengalaman, keliling
dunia, selama anda bekerja sebagai pilot di Perancis. Apa yang membawa anda
untuk tinggal di Sumba, di tempat yang keras, bahkan justru menjadi penggali sumur disini?
ANDRE:
01:31 Awalnya saya masuk disini mungkin pengalaman pertama saya
sebagai turis. Karena dalam hidup saya, saya sudah banyak traveling keliling
dunia, tetapi itu untuk sesuatu yg khusus – seperti tugas terbang, atau untuk
mencari ilmu. Ke Negara mana pun saya pergi pasti ada tujuannya. Tapi saat saya
masuk Ind, saya sebagai bule atau turis biasa. Jadi saya buka mata, dan tempat
pertama yang saya kunjungi adalah Sumba. Ya, lewat Bali, tapi menurut saya
kurang menarik. Jadi langsung ke Sumba. Jadi saya melihat tempat ini benar2
indah…terpukau. Apalagi orang2 terlihat aneh – mereka masih sedikit liar,
tetapi menarik. Dan saya melihat orang2 yang benar2 menderita karena tidak ada
air. Lalu memahami sedikit factor ekonomi social masyarakat mengapa mereka
masih tertinggal. Dan juga cara mereka menghormati nenek moyang, cara mereka
berpikir…dan itu menarik buat saya. Akhirnya saya berpikir, ok saya akan bantu
sejauh saya bisa. Dan saya masih disini…
tugas air dipegang wanita dan anak-anak...setiap pagi dan sore |
LORI:
03:17 Katanya anda menjual perusahaan balon udara anda. Apa benar
begitu? Anda jual berapa?
ANDRE:
03:25 Jual Rp 10,000. Hahaha…
LORI:
03:28 Yang benar?
ANDRE:
03:32 Benar. Dalam sistim hak Perancis tidak bisa member hak
perusahaan gratis. Tapi bisa diberikan dengan harga 1 euro
LORI:
And jual 1 euro?
ANDRE:
03:40 Ya, 1 euro. Waktu itu euro masih Rp 11,000. Waktu itu 2003
akhir, saya jual dengan harga 1 uero untuk mendapatkan hal yg paling penting
bagi saya daripada uang, yaitu kebebasan
pekerjaan Andre selama lebih dari 20 tahun |
LORI:
04:07 Orang yang bebas
ANDRE:
04:09 Ya, merdeka. Saya merdeka dari perusahaan, tidak harus
tanggung jawab lagi untuk langganan, untuk orang yg kerja buat saya, untuk
mobil2, balon2, asuransi, bank… tidak bisa berpikir bagaimana orang memimpin
perusahaan…pastinya bisa pusing, ya. Waktu saya jual perusahaan ini, saya
merasa seperti orang muda – bisa berjalan di dunia dengan bebas, merdeka, …wow…
LORI:
04:45 Dan kemudian anda membuat proyek sumur di sumba. Ada berapa
sumur kalau boleh tau selama 9 tahun ini?
ANDRE:
Ya, sekarang ada sekitar 29 sumur
LORI:
06:41 Andre, sebenarnya masalah krisis air atau sulitnya mencari
air di sumba orang2 sudah tau sejak lama. Ada banyak bantuan dari LSM dan
mungkin juga pemda. Tapi mengapa andre membuat program yang sama? Apakah
program2 yang sebelumnya selama belasan tahun tidak bekerja di tempat ini?
dengan pompa dan pipa, air bisa dinikmati di permukaan |
ANDRE:
07:02 Itulah. Bahkan sampai hari ini saya masih lihat banyak
lapisan dari bantuan -- bank dunia, LSM,
pemda, organisasi internasional -- tapi
ada banyak bantuan yang tidak berfungsi. Kosong. Padahal anggaran yang
dikeluarkan besar. Kadang2 saya merasa seperti di Alkitab kisah David yang
kecil dan Goliath yang besar. Saya ini David yang kecil tapi saya harus punya
cara cerdik untuk menang, bukan cara uang yang besar untuk menang. Yang penting
orang bisa dapat air secara konsisten dan kemudian kelak dapat memeliharanya
sendiri. Artinya sudah ada banyak kemajuan, tapi masih banyak hal2 yang salah.
Seperti menaruh penampung air di terik matahari (ngga tertutup atap). Ini
adalah cara yang paling jelek dan bodoh. Barangnya pasti cepat terbakar dan
kesehatannya (air di dalamnya) tidak akan terjamin lagi. Begitu juga dengan
selang, keran. Harus pasang keran di posisi yang tepat supaya orang (yang
mengisi air) bisa sambil berdiri. Kita kan punya kaki untuk berdiri. Kita ini
orang, bukan babi yang mengambil air dekat dengan tanah atau di (ketinggian/
posisi) rata (dengan) anjing . ada banyak hal seperti ini. Ada juga yang
(menggerakkan listriknya) dengan tenaga solar atau dari petrol/ minyak. Padahal
kita punya daya yang gratis dari matahari. Konyol, ya. Harusnya pakai yang gratis.
Memang saat pertama kali dipasang, anggarannya harus sedikit lebih (banyak).
Tapi setelah beberapa tahun, kan sudah balik modal. Dan kelak kita akan
untung…nanti
antrian jirigen warga di rumah air |
LORI:
09:07 Dimana program sumur ini pertama kali dibuat?
ANDRE:
09:14 Dimulai pertama kali
di Lamboya. Namanya program PPWW -- pilot project waru wora. Kita mulai pada 25
agt 2011 dan masih bekerja sampai hari ini. Saya harap ini bisa bekerja sampai
selama2nya. Tidak perlu ada perhatian khusus atau orang yang ditugaskan untuk
menyalakannya. Dia bekerja secara otomatis. Ngga perlu juga ada penampung daya
listrik. Cukup kita kasi penyeimbang dengan fiber saja dan tandon untuk
antisipasi kalau mendung selama beberapa hari karena hasilnya (kerja) pasti
kurang (maksimal).
LORI:
10:15 Apa saja testimony yang masuk dari masyarakat setelah proyek
itu berjalan?
ANDRE:
10:21 Ada banyak pasti – mayoritas – yang luar biasa senang. Yang
pasti senang adalah perempuan dan anak2. Juga kalau anda Tanya guru, pasti
melihat bahwa anak2 yang pergi ke sekolah sudah lebih bersih. Sudah lebih
disiplin. Air masuk dalam banyak rangka (lapisan) masyarakat. Tapi ada juga
yang sedikit nakal (atau ngga suka) sama saya
LORI:
Oh ya?
ANDRE:
10:58 Tidak terlalu senang. Kenapa? Misalnya mereka orang (pria)
yang judi. Para perempuan (ibu2) tidak suka mereka judi. Sekarang perempuan di
rumah, tidak lagi di sumur. Mereka pasti tidak senang dengan saya. Tapi itu
minoritas. Sekarang sudah ada yang bilang bahwa orang yang meninggal di kampung
berkurang. Karena sudah ada air, orang tidak perlu lagi pergi jauh mencari air,
sehingga (kecelakaan) orang meninggal berkurang. Itu adalah tanggung jawab
saya. Ada yang nakal ya…tapi ngga banyak
Andre menunjukkan pada saya salah satu lokasi sumber air dalam goa |
LORI:
11:38 Apakah memang sumber2 air di Sumba ini rata2 berada di
tempat yang sulit, yang cukup membahayakan?
ANDRE:
11:45 Di Sumba ada banyak air, tidak mungkin ada masalah dengan
air karena banyak daerah geologi yang (jenis) karts. Dalam perut gunung
(mungkin maksudnya bukit) ini ada air yang jumlahnya mungkin masih cukup untuk
10x lipat warga Sumba. Tapi masalahnya adalah masih banyak orang yang belum
bisa melihat bagaimana caranya agar air ini bisa dibagi supaya ngga ada daerah
yang masih menderita, dan disaat yang bersamaan, ada daerah yang sudah
terpenuhi kebutuhannya. Lalu ke depannya juga masih harus berpikir soal
sanitasi. Karena ada banyak air yang dipakai disini kotor. Dia sudah turun ke
bawah (ke lubang jamban), lalu kita harus hati2 jangan sampai kita pompa lagi
(dalam wujud air tanah di sumur) karena itu sudah penuh dengan kuman2.
LORI:
12:55 Andre selama 9 tahun di Sumba membuat program sumur. Apakah
selama itu berjalan dengan baik atau ada masalah2?
ANDRE:
13:07 Kadang2 ada masalah. Saya bukan orang yg suka masalah. Tapi
kalau ada masalah, maka saya piker harus cari solusi.
LORI:
13:17 Seperti apa contohnya?
ANDRE:
14:00 Semuanya. Contohnya saja ada orang (desa) yang sudah
mendapatkan hal yang enak, sudah dapat rumah air. Sudah ada banyak air. Tapi
semua kerannya sudah rusak. Kenapa semua orang ngga ngumpulin sedikit uang,
lalu pergi untuk beli dang anti keran sendiri. Hal seperti ini ngga perlu
(pendidikan) dari fakultas untuk ganti keran. Lalu kalau ada atap dengan alang2
yang sudah mulai hilang, dariapada judi atau ngbrol (gossip) terus, mending
pergi untuk mencari alang2 dan perbaiki. Inilah salah satu bentuk pemerataan
pendidikan yang belum cukup. Dan sebaiknya membentuk organisasi masyarakat yang
bermanfaat, nah ini adalah rencana saya yaitu membentuk water committee tapi
pemimpinnnya perempuan
atap rumah air yg mulai rusak |
LORI:
14:56 Perempuan?
ANDRE:
14:57 Perempuan saja. Kenapa? Karena dalam masyarakat tradisional,
perempuan yang tanggung jawab dengan air.
Artinya kita ngga bisa ganti ini tiba2. Hari ini diganti laki2,
bagaimana mereka mau tanggung jawab? Mereka (laki2) tidak pernah goyang
(mengemban tugas itu)? Mereka (wanita) sudah kerja goyang selama ini, sampai
keras, mereka yang harus bertanggung jawab. Lagipula LSM di berbagai penjuru dunia tau
bahwa otak perempuan lebih cocok untuk belajar soal ekonomi daripada otak laki-laki. Minta maaf,
ya…teman2
LORI:
15:46 Minta maaf, ya…cowok2…hehehe… andre, setau saya ada masalah
di kaki. Ada sakit?
ANDRE:
Tidak lagi. Hehehehehe….
LORI:
Tidak lagi. Katanya kemarin masih akan menjalani operasi lagi?
ANDRE:
16:04 Operasi sudah dilaksanakan, dan sudah mengganti arteri
(kaki) saya dengan yang palsu (buatan). Tapi beberapa minggu ke depan saya
masih harus control lagi ke Perancis. Tapi sejak diganti saya merasa muda
kembali. Sekarang saya sudah bisa jalan, tidak lagi sakit. Ini mungkin karena
saya terlalu (banyak) merokok. Sekarang sudah berhenti merokok selama 3 bulan
lebih, dan saya senang sekali.
LORI:
16:48 Saat di perancis, pekerjaan anda sudah baik, hidup anda bisa
dikatakan glamor, anda meninggalkan itu semua dan memilih hidup disini. apa
yang membuat anda tertarik bahkan bertahan untuk tinggal di Sumba?
ANDRE:
17:05 Saya piker karena setiap kali ada upaya saya untuk memajukan
orang dan justru itu menimbulkan masalah bagi saya, saya akan berpikir “jangan
lupa, ada banyak orang yang menderita jauh lebih banyak dari kamu”. Saya ada
disini untuk mereka, bukan untuk santai-santai saja. Kalau mau santai saja ngga
mungkin saya mau tinggal disini. Dan saya bukan orang yang suka hidup
menderita. Saya adalah orang yang suka mengadakan pembaharuan agar situasi
lebih baik. Dan ini adalah salah satu cara agar tidak cepat jadi tua.
pembuatan rumah air, tong harus ditutup, agar tidak rusak karena terik matahari |
LORI:
17:46 Hahaha…kalau santai saja memangnya terlihat cepat tua, seperti itu?
ANDRE:
17:50 Hmm…mungkin. kalau orang yang malas pasti cepat tua. Pasti
kurang olahraga dalam senyum, pikiran, … silakan, tapi itu bukan cara saya untuk
senang (menikmati hidup)
LORI:
18:06 Apa goal anda ke depan? Apakah menetapkan target harus ada
100 sumur, atau mungkin ada program lain yang anda rencanakan?
ANDRE:
18:17 Anda tadi lihat berkeliling bahwa ada bebereapa tempat yang
harus diperbaiki. Maka sekembali dari barat (control kesehatan di perancis) saya
akan coba perbaiki. Lalu tadi itu ada program pendidikan. Karena saya sudah
perikasa banyak tempat di sumba yang perlu sistem distribusi air, dan saya
berharap bisa masuk sampai 2-3-5 atau mungkin 10 tempt macam ini. Atau mungkin
ratusan. Saya belum tau. Lebih baikm sedikit, dengan kualitas, dengan kerja
lama daripada terlalu banyak. Tidak mau pakai program yang besar2, nanti tidak
mampu. Mending yang kecil atau medium tetapi hasilnya baik.
LORI:
19:10 Coba gambarkan sumba dengan 2-3 kata? Apa itu?
ANDRE:
19:17 ….terpukau….menarik…..bahaya
Andre menunjukkan pada saya salah satu kawasan di Sumba yang paling memukau dirinya |
LORI:
20:43 Seberapa jauh mimpi anda untuk sumba?
ANDRE:
20:48 Ini saya tidak bisa tahu. Selama saya hidup saya ngga pernah
buat program lama2. Mungkin ada takdir yang mau bicara untuk saya. Saya tidak
masuk cara agama. Tapi saya kira semua orang punya takdir sendiri, dan saya
berharap punya takdir yang cukup lama agar saya masih bisa maju (membangun)
dengan masyarakat disini. Maju bersama…
warga bisa menikmati air pancur dari rumah air yang dibuat Andre |
Tulisan yg brilian... Program Water Safety Plan blm masuk ke Sumba ya?
ReplyDelete