happy to be here......XOXO (lebay mode on) |
Tour guide saya bilang,
ada tempat makan yang recommended banget buat dikunjungi orang Indo. Namanya Le
Steak by Chef Amri. Jadilah kami kesana...
Pas turun mobil dan mau
nyeberang jalan, kok baru sadar klo jalanan di Singapore itu ngga padat
kendaraan , ya (bahkan di tikungan tempat resto ini, cenderung sepi). Sampe
takjub, apakah warga Singapore sebegitu cintanya naik MRT?
antrian pengguna MRT yang mau masuk kereta |
Harus diakui, MRT
Singapore itu emang jempolan... Ngga pantes dibandingin sama sistem Commuter
Line di Jakarta yang masih diperbaiki hari demi hari (semoga besok2 dah bisa
kayak Singapore....amiiinnnn...). Tapi ternyata, bukan itu juga sih, yang bikin
orang disini lebih doyan naik transportasi massa. Nyatanya, kayak kebijakan
lahan, kepemilikan kendaraan pribadi di Singapore itu bisa buat orang yang
ngebet dan kurang perhitungan, miskin mendadak....
Di Singapura, pemerintah
bakal bikin gimana caranya agar warganya ngga doyan beli kendaraan. Tapi ngga
serta merta melarang kepemilikan kendaraan pribadi juga. Mereka nerapin yang
namanya Sertifikat Hak Kepemilikan Kendaraan Bermotor (Certificate of
Entitlement). Duhh...namanya panjang amat, yakkkk....selanjutnya gima klo kita
sebut COE aja yaa..😅😅
suasana di dalam MRT |
Nahh...si COE ini emang
muahaall... Buat kendaraan roda 4 aja, harganya berkisar Sing$74ribu - 78ribu
(yahh...klo di rupiah, sekitar Rp700-800 juta lah😎😎). Sedangkan COE buat kendaraan roda 2, sekitar
Sing$1.700 ato sekitar Rp17juta. Berhubung ini baru ijinnya doank, ngga heran
klo ditambah sama harga beli mobil/ motornya, yang ngeluarin duit jadi ngerasa
ngga rela. Yang bikin lebih nyesek, COE ini ngga berlaku selamanya, melainkan
harus dibaharui setiap 10 tahun. Jadi bayangin, berapa duit yang harus
dikeluarin cuma demi memelihara 1 kendaraan doank (klo di Indo, duit segitu
bisa buat bangun kos2an per 10 tahun, ya...)
Untungnya, di Singapore
itu transportasi massa nya dah bagus dan nyaman banget. Jaringan MRT buat
negara semini itu aja dah terbentang 153km dengan lebih dari 100 stasiun.
Katanya sih...pengguna bisa mencapai hampir 3 juta orang per hari.
pengguna kendaraan pribadi di Singapore sekitar 15 persen dari warganya |
Tapi apa mau dikata,
emang bener klo dibilang manusia tuh ngga ada puasnya. Pendapatan per kapita
warga Singapore yang meningkat berpotensi bakal menaikkan jumlah pemilik
kendaraan pribadi. Padahal klo sampe kejadian, bisa muacet parah tuh negara
singa.
Jadi ya tuh, pemerintah
meras otak lagi, gimana caranya warga makin ngga doyan punya kendaraan.
Sebenernya sekarang pun pemilik kendaraan dah 'dipersulit' dengan adanya
penerapan electronic road pricing (ERP). --> ini banyak istilah baru, semoga
kita semua makin pinter.
Jadi, di kendaraan itu
bakal dipasang semacam alat deteksi. Klo dia lewat di suatu area tertentu
(biasanya pusat bisnis atau area rawan macet) si kendaraan memiliki kewajiban
bayar. Si pengendara akhirnya punya 2 pilihan: tidak memasuki wilayah tersebut
dan cari jalan alternatif, atau masuk area tersebut dan bayar. Klo memasuki
area tersebut, maka alat deteksi itu akan mengirimkan sinyal bahwa dia berada
di kawasan berbayar, dan kalau kuota pembayarannya tidak dilunasi, maka si
pengemudi akan kena sanksi.
sistem ERP sudah diberlakukan sekitar tahun 1990an |
Nah, karena cara ini
sudah kurang efektif menekan jumlah pemilik kendaraan, pemerintah Sing mau
nerapin sistem ERP baru (tapi ngga tau deh, 2016 ini dah diterapin belom
ya?). Dengan sistem ERP
berbasis satelit, pengendara kendaraan bermotor akan dikenai biaya sesuai
dengan jarak tempuh. Semakin jauh jarak tempuh kendaraan pribadi, maka akan
semakin mahal biaya ERP yang dikenakan kepada pengendara kendaraan bermotor
tersebut.
Ngebayanginnya jadi
serem sendiri..😓😓😓. Kecuali uangnya dah bingung mau dipake apa, mungkin baru
kepikiran beli kendaraan klo tinggal di Singapore. Tapi kayaknya untuk saat
ini, sudah pas banget klo naik kendaraan umum aja....😆😆
SUMBER FOTO: google.com
SUMBER FOTO: google.com
No comments:
Post a Comment