| kalau pas ngga kerja, emang enaknya mejeng di sungai ^^ | 
Kucari
 mas Syahrul dan mas Agung, partnerku. Ternyata mereka sudah pergi mandi
 ke sungai, yang tepat berlokasi di belakang camp kami saat ini -- Camp 
103. Astaga...mereka benar-benar.....padahal menurutku pagi ini masih 
terlalu dingin untuk mandi.
Aku
 menengok ke luar camp...Mannn......aku sekarang benar-benar di hutan!!!
 Pemandangannya luar biasa. Pohon-pohon tinggi menjulang di hadapanku. 
Ini dia...yang seperti pohon yang dulu sering kulihat saat 
kecil....ternyata masih ada...
Rasanya
 bersyukur banget bisa melihat pemandangan hutan seindah ini. Seandainya
 bisa melihatnya setiap hari..... Tapi kalau mengingat rute perjalanan 
kemarin, kayaknya aku menyerah, deh. Menurut pihak BOSF, mereka sengaja 
membiarkan lokasi camp 103 sulit dijangkau manusia umum. Semakin minim 
kontak dengan manusia, semakin baik, begitu kata mereka. 
Hutan
 yang menjadi sumber kehidupan bagi entah berapa banyak hewan dan juga 
manusia. Di hutan yang sama, para pencari gaharu dan sarang burung walet
 mencari nafkah.
Yappp....sedikit
 mengulik tentang gaya hidup suku dayak di pedalaman. Selain berburu dan
 berladang, suku pedalaman juga mengambil hasil hutan, seperti gaharu 
dan sarang walet. Penjualan kedua jenis hasil hutan ini cukup 
menggiurkan. Tapi resikonya juga besar. Para pencari gaharu dan sarang 
walet harus masuk hutan berbulan-bulan. Rentangnya bisa antara 1-3 
bulan. Dan bahaya apapun bisa terjadi disana -- mulai dari serangan 
binatang liar, dinginnya malam yang menusuk, hingga kelaparan (jika 
tidak cukup pengetahuan tentang tanaman yang boleh/ tidak dimakan di 
hutan)
Sarang
 walet biasanya digunakan dalam bahan makanan dan obat. Harganya sangat 
menjanjikan bagi orang-orang suku pedalaman -- sekitar Rp 5 juta per 
kilogram. Sedangkan gaharu, sebenarnya aku kurang tau dijual dengan 
harga berapa. namun perlu diketahui, gaharu termasuk dalam bahan 
aromatik termahal di dunia. Selain untuk parfum, gaharu digunakan di 
kosmetik dan obat-obatan. Saking mahalnya, bobot penjualannya ngga pakai
 ons atau kilogram, tetapi gram. Dari informasi yang aku dapat, harganya
 bisa US$ 5-15 per gram 
Seperti
 yang pernah kuceritakan sebelumnya, suku adat pedalaman menerapkan 
ajaran nenek moyang untuk mengambil hasil hutan. Para pencari sarang 
walet dan gaharu ini pun demikian. Katanya, ada semacam upacara atau doa
 tertentu yang dinaikkan, sebelum mereka masuk hutan. Intinya adalah 
semacam memohon doa restu untuk mencari nafkah. Apabila mereka masuk 
hutan dengan niatan baik, mereka akan mendapat tuntunan untuk memperoleh
 yang mereka cari, dan kembali dengan selamat. Namun jika tidak, bisa 
jadi mereka akan hilang di dalam hutan.....
Eheheehehe....agak
 seram, ya, ceritanya. Entah mau percaya atau tidak....aku sendiri belum
 membuktikannya. Aku memilih untuk terus menatap pohon-pohon yang 
menjulang di depanku, dan menikmati beberapa serangga yang bermain-main 
di sekitarku. Seandainya semua mahluk hidup dapat terus hidup 
berdampingan seperti ini........
No comments:
Post a Comment