taukah Anda bahwa profesi dokter hanyalah 1 dari sedikit profesi yang disumpah saat dijabat? |
“Siapa yang menang piala dunia?”, Tanya Dr. Lie pagi itu
“Jerman..”, kata salah seorang penghuni kapal…..
“Papi bilang juga apa….memang harusnya Jerman….”, dan dia
mulai mengoceh dengan bangga tentang betapa layaknya Jerman menjadi juara…
Pastinya pagi itu menjadi begitu membahagiakan bagi Dr.Lie.
dan semoga mood itu membantunya untuk melakukan operasi sepanjang hari ini. Hal
yang membuatku amazed adalah, Dr.Lie dan tim nya pernah memecahkan rekor
mengerjakan lebih dari 50 operasi dalam waktu 1 minggu!! Itu terjadi di Pulau
Kei, Maluku. Untungnya, hingga hari ini semua operasi itu berhasil….
Dr.Lie sendiri bukannya tanpa alasan menjadi sangat bangga akan Jerman. Itu adalah negara tempat ia mengambil sekolah kedokteran. Apa sebenarnya yang membuat seorang Lie Dharmawan ingin
menjadi dokter? Toh dulu ayahnya bukanlah seorang dokter. Ia pun tidak datang
dari keluarga yang berada.
Usut punya usut, saat Dr. Lie masih kecil, pengalaman
kematian adiknya dan inspirasi dari seorang Belanda yang tinggal di lingkungan
itu membuat dia bercita-cita untuk menjadi dokter. Dan karena saat itu tersohor
kabar bahwa kedokteran terbaik adalah di Jerman, ia berkeinginan untuk belajar
ilmu kedokteran di Jerman. Se-simple itu saja…
“Tuhan…aku ingin menjadi dokter…dan sekolah di Jerman…”
para dokter memotret bengkak di leher seorang pasien |
Terus terang, aku bersyukur bahwa saat mendapatkan
pernyataan itu. Lie tidak menyerah dan memilih menerima kata-kata itu. Karena
jika ya, maka saya tidak akan memanggil dia hari dengan sebuatan “dokter”.
Karena tidak tembus dengan beasiswa, ia memutuskan untuk
sekolah dengan biayanya sendiri. Akhirnya, ia berhasil sekolah di University
Hospital di Cologne, dan Free University Berlin, Jerman hingga memperoleh title
“spesialis bedah jantung”…title yang saat itu belum ada di Indonesia.
antusiasme warga untuk mendapatkan pengobatan gratis di Tambrauw, Papua Barat |
Mungkin sebagian orang akan berkata,”Kenapa harus kembali ke
Indonesia? Toh sudah hidup enak di Jerman….penghasilannya bagus di Jerman….suasana
akademisnya bagus di Jerman…lalu mengapa? Mengapa Dr. Lie seperti memilih
tinggal di negara dengan peradaban yang tertinggal…bahkan tidak menghargainya?”
Mungkin Dr. Lie tidak akan cukup punya kata-kata untuk
menjelaskan apa yang dia rasakan, sehingga kita bisa memahami mengapa ia
mengambil keputusan itu. tetapi itulah hal yang harus ia lakukan….dan ia
menyebut itu sebagai jalan hidupnya.
kegiatan DoctorShare telah menyentuh beberapa dari sekian banyak wilayah yg butuh tenaga medis |
Mengapa tidak ada milyuner bangsa ini yang membuat rumah
sakit apung sebelumnya, jika memang mereka mau memberantas kehidupan yang ngga
equal di negara ini? Kenapa harus seorang Dr.Lie menjual rumahnya untuk
menghasilkan kapal kayu itu? Mengapa orang-orang kaya itu ngga membuka jalur ke
pedalaman, membangun pasar atau toserba, memberikan transportasi gratis untuk
distribusi barang bagi warga pedalaman? Itu semua bicara mengenai panggilan
hati…dan setiap orang memilikinya secara personal. Terkadang panggilan itu
(mari kita sebut: panggilan hidup) tidak akan bisa dimengerti oleh orang lain…bahkan
orang terdekat dengan kita.
Setiap orang yang memuji Rumah Sakit apung itu, pernahkah
mereka berpikir bagaimana cara mereka memperoleh pendanaan untuk operasionalnya
dari pulau ke pulau? Sesuatu yang menggelitik hati saya saat Dr. Lie berkata,
”Orang agak berbeda saat menerima kami setelah RSA muncul
dalam acara Kick Andy…”
pernahkah terpikir bahwa untuk menyandarkan kapal ini tidak semudah kita melihatnya...? |
Nyatanya... hingga di hari saya meliputnya, kapal itu masih
berlayar….dan semoga terus berlayar….untuk membawa orang-orang seperti Dr.Lie
dan dokter-dokter muda lainnya…yang berusaha memenuhi panggilan hidupnya…
No comments:
Post a Comment