|
saat transit di Thailand |
Akhirnya.....pesawat Thai airways yang membawa kami tiba
di Khatmandu, Nepal....di sore yang cerah, waktu yang baik untuk
berbelanja.
Aku ngga punya bayangan tentang khatmandu sebelumnya.
Tapi setelah melihatnya sendiri, aku tidak menduga tenyata ibukota Nepal begituuu.....semerawut! Jalan utama di Khatmandu tidak begitu
besar, apalagi jalan-jalan tikusnya.....kecil sekali. Saat pertama datang,
kamu akan merasa berjalan di dalam labirin, di antara gedung-gedung ruko yang
letaknya berdempetan. Aku yakin, tanpa warga lokal sebagai penunjuk
jalan, kamu pasti tersesat! Selain itu, dimana-mana, kabel listrik
tergantung tanpa aturan bagaikan benang kusut. Bahkan di beberapa
tempat, saking rendahnya posisi kabel tersebut, kamu bisa menggantung
leher seorang bule disana...!
|
penyambutan di bandara Nepal oleh tour-guide kami |
Entah mengapa, kota khatmandu
sangat berdebu. Mungkin karena sebagian besar bangunannya terbuat dari
bata merah. Ada baiknya untuk berjalan-jalan keliling kota sambil memakai
masker. Tapi pejalan kaki sedikit ngga nyaman di kota ini, karena
kendaraan di jalanan ngga bersahabat; mereka berpindah track sesuka
hati, membunyikan klakson dengan kencang, dan rem mendadak. Setelah
menaruh tas-tas kami di hotel, kami menyempatkan diri berjalan di daerah
thamel yang menjadi pusat perbelanjaan wisatawan. Rasanya tidak ada 1
blok jalan yang dilewati tanpa mendengar bunyi klakson yang panjang. Dan
meskipun ada banyak pernak- pernik di Thamel yang ingin dilihat, tapi
sore ini kami fokus untuk mencari perlengkapan yang belum kami miliki
untuk trekking besok. Ini adalah hal yang paling menyebalkan...karena
kau seperti harus bekerja ekstra. Barang apa pun yang kau siapkan di
indonesia tidak akan selengkap yang disediakan bagi para trikker dan
climber di khatmandu. Dan jika kau tidak melengkapinya, bersiaplah untuk
kedinginan selama hampir sebulan....
|
aku,anton, dan harry di bandara Nepal |
Dan inilah barang-barang ku. Aku
membawa 3 tas; 1 duffel dan 2 day bag. Salah satu day bag aku isi
penuh dengan makanan; pop mie, buah kering, coklat, dan makanan
berserat. Sedangkan di duffel, aku membawa sleeping bag, jaket,
raincoat, windbreaker, tongkat, sepatu trekking, beberapa kaos kaki dan
baju dalam, celana kertas, baju tidur, topi, kacamata, sun block,
pakaian polar, sarung tangan, dan entah apalagi perlengkapan yang akan
membungkus badanku seperti astronot di atas gunung sana. Aku juga
membawa beberapa barang elektronik untuk pengiriman berita. Jadi bisa
kau duga bahwa ekspedisi macam ini, tidak mungkin tidak, pasti over
bagasi....
|
salah satu sudut semerawut khatmandu |
Tentu saja, aku tidak akan membawa sendiri semua tas2
itu: p....( membawa diriku sendiri ke EBC tentunya sudah menjadi
perjuangan tersendiri). Kami akan menyewa penduduk lokal untuk menjadi
porter barang2 kami. Mereka sering disebut kaum sherpa. Meskipun tidak
semua penduduk himalaya berasal dari kaum sherpa, namun sejak orang
asing pertama, Edmund Hillary, mencapai everest pada tahun 1953, dengan
bantuan seorang sherpa bernama Tenzing Norgey Sherpa, semua penduduk
himalaya seakan mendapat julukan "para sherpa" di mata orang asing.
Para
sherpa memiliki tubuh yang beradaptasi dengan sangat baik selama turun
temurun dengan cuaca dingin dan tipisnya oksigen di pegunungan himalaya.
Mereka punya tubuh yang sangat kuat, sehingga mampu mengangkat beban
30-80 kg sambil trekking!!!!! Kalau ada waktu, aku akan menulis cerita
lebih banyak tentang kaum sherpa....
No comments:
Post a Comment