Kami memulai pagi ini dengan sarapan di dalam mobil antaran hotel yang
membawa kami menuju airport; roti bakar, 2 telur bulat, buah, dan juice
apel....lumayannn...
|
foto bersama sebelum berangkat ke Lukla |
Perjalanan kami dimulai dengan terbang dari
khatmandu menuju Lukla dengan pesawat twin otter. Waktu tempuh sekitar 1
jam. Jaman dahulu kala, saat Edmund Hillary memulai ekspedisinya
menuju Everest, perjalanan darat dari Khatmandu menuju Lukla membutuhkan
waktu berhari-hari... Aku tidak tau tepatnya...ada berbagai versi yang
menyebutkan 7 hingga 14 hari! Yang jelas, medannya sangat sulit. Thank
God, kini sudah ada bandara di Lukla yang menghapuskan sebagian dari
'rute edmund' tersebut.
|
penampakan pegunungan himalaya dari pesawat |
Namun bandara lukla adalah bandara yang
sangat kecil di ketinggian 2850 m dpl (di atas permukaan laut).
Dan....untungnya atau sayangnya, Lukla tercatat sebagai salah satu
bandara paling berbahaya di dunia. Panjang landasan pacunya saja hanya
240 m. Itu sebabnya, tidak ada pesawat yang bisa mendarat di lukla,
selain pesawat-pesawat kecil dan helikopter. Penerbangan biasanya hanya ada di
pagi hari, karena di atas jam 12 siang, cuaca cenderung berubah menjadi
mendung atau berkabut. Namun cuaca di pegunungan memang tidak dapat
diprediksi. Kami mendengar cerita bahwa pernah terjadi di lukla penuh
dengan para pendaki yang ingin pulang ke Khatmandu, namun terhalang oleh
cuaca buruk, sehingga mereka menumpuk di Lukla selama
seminggu....Uggghhh...semoga itu tidak terjadi pada kami.
Penerbangan
menuju lukla tergolong baik. Bagian paling menyenangkan adalah saat
melihat lekuk-lekuk pegunungan himalaya dari udara......benar-benar indah! Puncak-puncak
bukit dan pegunungan terlihat menonjol diselimuti hijaunya pohon-pohon
pinus. Ada ratusan desa dibangun di badan-badan pegunungan; terlihat
menyeramkan, namun di saat yang bersamaan, sangat eksotis.. Kami juga
melihat puncak2 gunung es dari kejauhan...entah yang mana yang adalah
puncak Everest.
|
bandara Lukla yang sempit dan berbahaya |
Namun saat menegangkan terjadi sebelum mendarat.
Pesawat kami yang berkapasitas hanya 15 penumpang itu beberapa kali
mengurangi ketinggian secara signifikan, sehingga beberapa kali jantung
ini rasanya hampir copot saat pesawat bergerak turun....itulah pertanda
pesawat akan segera tiba di Lukla. Dan meskipun saat roda pesawat
menghantam aspal landasan pacu terasa kasar, namun ternyata pendaratan
kami berlangsung mulus dan tidak seseram yang kami bayangkan.....atau
setidak-tidaknya nya, tidak seseram yang kubayangkan:)
Dari Lukla,
trekking dimulai.... Kami dituntun oleh seorang guide bernama Kitab.
Kesan pertamaku, Kitab adalah orang yang ramah. Meskipun bahasa
inggrisnya berdialek Nepal, namun mudah dimengerti. Kitab membawa
beberapa rekan, salah satunya bernama Purna. Purna tergolong high
altitude climber. Itu artinya, purna memiliki spesifikasi skill untuk
menjadi guide juga bagi wisatawan yang ingin mendaki.( tentunya aku
tidak tergolong dalam wisatawan tersebut)
Dari Lukla, kami menuju
Phakding dengan jarak tempuh 5 jam perjalanan. Aku cukup surprise bahwa
jalanan yang kami lalui hanya terdiri dari batu dan tanah dengan ukuran
sangat sempit; lebarnya hanya sekitar 1 - 2,5 m. Permukaan jalannya
kasar dan naik turun seperti yoyo. Baiklahhhh......setidaknya kini aku
mendapat gambaran jalanan seperti apa yang aku lalui hingga 7 hari ke
depan.
Ada banyak hal menarik yang aku temui sepanjang jalan
menuju Phakding -- lonceng-lonceng, bendera warna- warni, kotoran sapi,
tumpukan batu phuja, dan penduduk himalaya sendiri. Sebenarnya aku ingin
bercerita sangat banyak....tapi suhu dingin di kamar malam ini sangat
mengganggu. Lagipula mata dan tangan ini sudah meminta untuk istirahat.
Perjalanan kami besok masih panjang, jadi.....selamat tidur....
No comments:
Post a Comment