Saya
akan berpikir 5x jika diminta kesana lagi… benar-benar perjalanan yang menguras
tenaga. Namun saya akui, ini adalah perjalanan yang penting… Perjalanan ini
saya lakukan di pertengahan tahun 2013. Jika kamu tertarik, silakan baca diary
saya:
1st Day
Perjalanan yang ditempuh adalah dari Kab. Sintang, Kalimantan
Barat menuju ke desa di perbatasan Indonesia - Malaysia: Desa Sungai Kelik. Di
desa tersebut ada sejumlah patok perbatasan yang ingin di-cek oleh BNPP (Badan
Nasional Pengelola Perbatasan). Pengecekan dinilai sangat penting, karena
disana ada wilayah yang direncanakan untuk dibuka PLB (pos lintas batas). Dari
semua kabupaten di Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia, katanya
hanya Kabupaten Sintang yang belum ada PLB resminya
Pengecekan semacam ini rutin dilakukan BNPP dalam 3 tahun terakhir
(yang kenyataannya usia BNPP baru 3 taon..). Sebelumnya entah dilakukan oleh
badan apa.
Yang jelas, sejak perjanjian Ind - Malaysia untuk menetapkan
perbatasan di tahun 1978 (dengan menyepakati wilayah pembagian ala Belanda –
Inggris untuk daerah jajahan mereka di awal tahun 1900an), hingga tahun 2000,
dipasang ribuan patok. Trus, per tahun 2001, mulailah ada kegiatan rutin Ind –
Malaysia untuk membenahi daerah perbatasan (klo diliat dari 2001 – 2013,
berarti dah 12 tahun, ya)
contoh salah satu patok perbatasan Ind - Malay |
Sebaliknya, Malaysia akses ke perbatasannya sudah lebih mudah.
Soalnya bukit-bukitnya sudah banyak diratakan untuk kebun sawit. Terus dibangun
jalan raya (beraspal) menuju ke perbatasan. Meskipun masih ada juga jalan
merah, tapi ngga ancur-ancur banget. Jadi petugas Malay klo mau ngecek juga cukup
naik mobil, trus naik bukit sebentar, sampe deh di patok perbatasan. Itu
sebabnya data-data yang dimiliki Malaysia tentang perbatasan sangat lengkap.
Sehingga kepentingan mereka di perbatasan pun tercover dengan baik
00:44_Lori
Pak untuk pertama bisa Bapak jabarkan sebenarnya apa saja sih yang
kita miliki di sintang ini mulai dari berapa kecamatan, berapa kepala keluarga
dan apa saja potensinya ?
00:57_Milton
Iya, kabupaten sintang ini jarak dari pontianak 412 km … luas wilayah 21 ribu kilometer persegi …. 14 kecamatan
281 desa dan 6 kelurahan dengan jumlah penduduk 397 ribu yang sudah masuk E-KTP.
masyarakat kami disini pekerjaannya lebih pada sector pertanian perkebunan
dimana yang lebih kuat adalah sector perkebunan yaitu dengan komunitas karet
dan kelapa sawit disamping komunitas lain seperti kakao, kopi dan lada -- ini
lebih pada daerah – daerah perbatasan khususnya perbatasan dengan Malaysia
01:43_Lori
Oke dengan segala potensi yang tadi Bapak sebutkan itu bagaimana
perkembangan atau pemerataan potensi ekonomi itu terutama untuk wilayah
perbatasan apakah sudah bisa disamakan dengan daerah di kota sintang sana ?
01:56_Milton
… perbatasan itu lebih banyak ke kawasan hutan, ada beberapa desa
masih masuk kawasan hutan yang sedang kita proses untuk di keluarkan dari
kawasan hutan sehingga hak – hak rakyat terhadap tanah itu bisa mereka miliki ….
mungkin persoalan yang belum bisa maksimal adalah infrastruktur jalan untuk
akses lebih cepat, lebih tepat masuk ke daerah - daerah perbatasan
02:50_Lori
Bagaimana ekonomi bisa berjalan dengan baik apabila
infrastrukturnya sendiri gak mendukung … ?
03:02_Milton
…., khusus untuk daerah perbatasan yang dekat sekali perbatasan
mereka lebih berorientasi kepada Malaysia walaupun mereka harus berjalan kaki
mengapa, karena memang biaya 9 bahan pokok disana lebih murah dibandingkan kita
disini. karena biaya angkut kita disini dari Pontianak saya sampai kota sintang
itu kita harus menghilangkan paling tidak 12% ongkos angkut dari pelabuhan.
sampai ke sintang dari sintang masuk kesana 226 sampai sampai 236 kilo. itu
juga menyebabkan harga itu tinggi.
nah harga tinggi ini juga membuat masyarakat kurang mampu, daya
beli kurang mampu nah oleh sebab itu sebagian masyarakat kita berangkat ke
Malaysia dengan sistem barter sehingga kebutuhan 9 bahan pokok dapat dia penuhi
04:18_Lori
Dan harus di tempuh dengan ?
04:20_Milton
Jalan darat
04:21_Lori
Jalan darat
04:21_Milton
Artinya dengan kendaraan, kendaraan yang sekarang jalannya tidak
maksimal seperti yang kita harapkan masih jalan tanah belum jalan yang
diharapkan masyarakat dan pemerintah
04:33_Lori
Apakah kondisi tersebut memang sudah berlangsung sejak negara kita
merdeka ?
04:37_Milton
Memang sudah berlangsung sampai dengan ini sehingga masyarakat
perbatasan punya image bahwa sampai hari ini mereka belum merdeka …
05:17_Lori
… selain sembako, ada lagi gak Pak yang bergantung dengan Malaysia
?
05:28_Milton
Di perbatasan memang lebih ke soal makan minum. nah karena itu
memang mudah mereka dapat dengan harga yang murah walaupun sebenarnya mereka
harus jalan kaki. nah sementara kita disini juga menyiapkan sesuai dengan
kemampuan pemerintah. tetapi seringkali harga di daerah senaning saja sampai ke
daerah jasa itu cukup tinggi. sehingga daya beli mereka kurang mampu. ….
kita harus segera memperbaiki infrastruktur, infrastruktur yang
saya maksudkan supaya infrastruktur itu standar. bukan infrastruktur seperti
sekarang musim hujan begitu lumpur gak bisa di lalui, tetapi musim panas
mungkin terlalu banyak debu. ….
06:15_Lori
Sejauh ini perbatasan masyarakat menggunakan listrik dari mana Pak
?
06:18_Milton
Nah sementara mereka tidak menggunakan listrik dari mana – mana
memang masih pakai tradisional, nah kalaupun ada mereka pakai listrik sendiri –
sendiri menggunakan diesel TS 60 dan sebagainya nah ini juga membutuhkan minyak
khususnya minyak solar kita juga bermasalah di Kalimantan barat di sintang
khususnya seringkali kita kewalahan untuk minyak ini
06:42_Lori
Jadi mereka dapatnya dari ?
06:44_Milton
Nah sementara ini kalau memang minyak ada dia memang pakai listrik
kalau tidak ya dia biasa saja pakai lampu teplok, nah itu saja
06:52_Lori
Lampu teplok di tahun 2013 ?
06:53_Milton
Iya itu seharusnya sudah waktunya kita dan kita harapkan kedepan
pemerintah bukan hanya ingin mungkin menggunakan PLTA, micro hidro menggunakan
air atau solar sel itu di gunakan supaya apa, ini bisa memenuhi kebutuhan
masyarakat. …
07:32_Lori
Keluhan apa yang paling sering diungkapkan oleh masyarakat
perbatasan kepada pemerintah daerah ?
07:36_Milton
Ada tiga, yang pertama jalan, yang kedua masalah kesehatan yang
ketiga berkaitan dengan pendidikan. …
09:32_Lori
… seberapa jauh birokrasi ini menjadi menghambat meskipun
sebenarnya ide ataupun juga jalur pemecahan masalah sebenarnya sudah pernah di
utarakan oleh pemerintah daerah ?
10:02_Milton
Ya sebetulnya kita nilai ada hambatan birokrasi dari segi aturan
yang pertama untuk kawasan perbatasan itu wewenang pemerintah pusat lintas
departemen disana mulai dari departemen dalam negeri HANKAM kemudian BAPENAS
dan sebagainya yang departemen luar negeri sehingga ini juga menjadi hambatan
yang sangat serius sebetulnya,
yang kedua … di kawasan perbatasan dan kalau itu masih ada kawasan
hutan itu harus dirubah tata ruang di lingkaran itu berdasarkan ijin dari
menteri kehutanan,
yang ketiga, infrastruktur kita juga tidak bisa dibangun dengan
baik, …
10:54_Lori
Itu kita karena memang ada undang – undang
10:57_Milton
Ada undang – undang
10:58_Lori
Undang – undangnya ya yang membuat hal itu terhambat ?
10:00_Milton
Ya karena karena ada undang – undang yang mengatur semuanya itu
sehingga kewenangan kita kabupaten ini hanya memberikan bagaimana membangun
dari segi pendidikan, kesehatan dan juga ekonominya tetapi untuk membangun yang
lebih besar, luas itu bukan kewenangan kabupaten, provinsi juga tidak punya
kewenangan,
13:09_Lori
… jika memberikan perbandingan bagaimana cara kita dan Malaysia ?
13:25_Milton
Ya kalau di Malaysia itu pertama mereka ngelola perbatasan mereka
betul – betul melihat aspek keamanan …. saya kasih contoh: jalan dari kucing
sampai ke sibumiri. itu dia membuat itu seperti jalan tol, yang pada suatu
ketika ada perang terjadi, itu akan dia tutup sekira 3 km. pesawat - pesawat
tempur dia dalam hitungan menit dia sudah singgah disana.
nah kemudian di daerah perbatasan yang mayoritas sebagian yang
mereka tanam kelapa sawit, sehingga kelapa sawit di kebun – kebun mereka itu
mereka sudah siap apabila terjadi perang frontal. mereka sudah siap dengan tank
dengan merk abram, dalam hitungan jam dia sudah siap,
sementara kita sampai hari ini mungkin 1, 2 hari tidak akan sampai
kesana. itu yang menjadi persoalan,
18:46_Lori
…, apakah anda melihat dalam hal ini pemerintah kita seperti
kehilangan daya tawar di dalam mempertahankan nilai perbatasannya …?
19:12_Milton
Saya pikir benar itu memang kemampuan daya tawar kita saya katakan
kurang kuat yang pertama mengapa seringkali kita tidak di sertai data yang
akurat dan data yang konkrit. nah sementara mereka ini memang sudah
mempersiapkan itu semua jauh – jauh hari sehingga ketika berunding mereka punya
data yang lebih akurat disitulah mungkin daya tawar kita rendah …
20:03_Lori
… mengenai wilayah perbatasan seringkali bila kita berpikir
tentang wilayah perbatasan orang akan berpikir tentu saja wilayah yang
tertinggal juga semacam itu padahal di satu sisi yang lain sebenarnya kita
tidak perlu meragukan bagaimana warga di perbatasan kita yang justru di dalam
kodisi yang lebih minim tetapi tetap berani untuk mengakui bahwa dia memilih
untuk menjadi warga negara Indonesia ?
20:35_Milton
Dari semua warga negara memang wilayah perbatasan itu lebih
militan ya dalam situasi sulit pemerintah kurang perhatikan tetapi mereka tetap
mengaku bahwa kami adalah Indonesia merah putih, yang saya harapkan kepada
pemerintah pusat supaya penanganan kost perbatasan itu tidak hanya dalam wacana
yang hanya berorientasi proyek tapi berorientasi pada orkam manfaatnya sehingga
apapun yang kita lakukan bermanfaat bagi masyarakat bukan menjadi proyek –
proyek lintas departemen. Ya saya melihat selama ini terjadi demikian sehingga
tidak pernah berhasil tetapi uang yang dikeluarkan oleh negara itu millyaran
rupiah per tahun ….
No comments:
Post a Comment