|
aku ngga cukup perkasa untuk melakukan seperti yang dilakukan wanita dayak ini |
Kamu harus cukup sigap jika berbagi kamar mandi dengan 30 orang. Jadi saat
terbangun di pagi hari dan melihat antrian untuk menggunakan 3 kamar mandi di
pos TNI, aku memilih untuk menunggu dengan sabar sambil mereview perjalanan
kemarin di otakku.
|
mungkin gengsi adalah salah satu yang mempertahankan aku ngga pingsan saat mendaki Xoxo |
Perjalanan menuju pos TNI kemarin memakan waktu 2 jam untuk mendaki. Setelah
itu, kami melanjutkan perjalanan sekitar 30 menit menuju bukit perbatasan
Indonesia – Malaysia (sulit kupercaya…siapa orang Inggris dan Belanda yang
sempat ke bukit ini dulu untuk membagi wilayah..?!)
|
warga berjalan kaki ke pasar Lacau |
Lupakan soal patok-patok perbatasannya....ada yang lebih menarik perhatianku. Di salah satu
bagian bukit, ada jalan setapak
berbentuk pertigaan. Katanya kalau disusuri, bakal sampai
ke pasar Lacau. Itu adalah pasar Malaysia yang sering dikunjungi warga desa
sungai kelik (dan warga-warga desa lainnya di perbatasan Kec. Ketungau Hulu). Mereka beli
makanan-minuman, pakaian, dll disitu. Hasil panen warga juga rata-rata dijual disana. Agak jauh dari pasar Lacau, ada rumah sakit….ada rumah sakit!! Bukan puskesmas
atau balai kesehatan. Dan lagi-lagi,
warga pastinya lebih suka bawa anaknya berobat kesana ketimbang menempuh
perjalanan 10 jam ke kab. Sintang.
|
lucu ya...kalau di kampung ada petunjuk jalan seperti ini:) |
Jika mau lihat pemandangan ekstrim, maka semuanya menjadi jelas dari
atas bukit. Keliatan banget negara bagian perbatasan
Malaysia itu rapih. Ada jalanan, tiang listrik, tower sinyal, kebun kelapa
sawit yang rapi. Bahkan di hp kita sinyal yang muncul adalah sinyal maxis. Warga disini juga udah biasa punya 2 mata uang: ringgit dan
malaysia. Waktu pulang, kami mampir di warung. Ibunya masak pakai gas dengan merk malaysia.
Anaknya nonton siaran TV3. Di rumah lain, ada keluarga yang mengaku sebagian anaknya kerja di Malaysia, dan salah satu anaknya yang
cacat pun diobati di Malaysia. Tepatnya mereka lebih mirip warga Malaysia
daripada Indonesia…makes me wondering what has been given by this country to its’
citizens?
|
even gula....! asalnya dari Malaysia |
Perjalanan kami akhirnya berakhir…saatnya pulang. Dan apa yang kuhadapi
di perjalanan pulang lebih parah daripada saat datang. Setelah menuruni bukit
dan menyeberangi sungai, hujan datang. Mobil-mobil kami pun sliding
ngga karu-karuan. Entah ada berapa ratus jembatan kayu rusak yang
kami lewati -- mungkin hanya ada 2-3 jembatan besi. Aku beberapa kali tertidur dan terbangun lagi. Dalam
hati aku berdoa semoga segera sampai di hotel dan mandi air panas, tapi perjalanan
seakan tidak berakhir.
Dini hari, aku merasakan mobil kami berhenti. Ku buka mataku….hotel.
Yeayyy…akhirnya tiba di Sintang!! Dengan semangat kuturunkan koperku, dan tanpa
basa-basi segera masuk kamar, lalu mandi.
Lega rasanya saat badan terasa bersih dari debu dan siap untuk tidur. Namun
sebelum mata benar-benar terpejam, sempat terpikir olehku,”Adakah para caleg
menyempatkan diri berkampanye dan memahami apa yang mereka butuhkan?”. Aku meragukannya….
No comments:
Post a Comment