Sunday, May 5, 2013

Jakarta dan Amsterdam, Serupa tapi ‘tak Sama

Ada apa sebenarnya antara Jakarta dan Amsterdam? Percaya atau tidak, ternyata dua kota yang terpisah sejauh 11.377 km ini memiliki banyak persamaan, lho… Tapi entah mengapa, hasilnya jauh berbeda…

Sama-sama di Bawah Permukaan Laut

“Tuhan menciptakan seluruh muka bumi kecuali Belanda. Karena Belanda diciptakan oleh orang Belanda sendiri” – Pepatah Belanda


Fakta bahwa Jakarta dan Amsterdam lebih rendah posisinya dari permukaan laut dianggap sebagai ‘kenyataan pahit’, terutama saat musim hujan ataupun kala air laut pasang/ rob terjadi. 
Makanya, jangan heran saat melihat parahnya banjir yang melanda Jakarta di awal tahun ini...



Banjir Jakarta 27 Januari 2013. Tidak ada kawasan yang luput…termasuk pusat kota Jakarta, Bundaran HI
Bagaimanapun juga, muncul pertanyaan di benak saya, 

“Mengapa hal ini ngga terjadi di Amsterdam, ya?”


Ternyata jawabannya: karena Belanda telah berjuang untuk mengatasi banjir sejak ribuan tahun silam.

Yuppss…nenek moyang bangsa Belanda tak berdiam diri menerima topografi daratan mereka apa adanya. Sejarah mencatat sejak tahun 1200an, berbagai cara sudah dilakukan – mulai dari mendirikan tanggul, bendungan, hingga menjaga daratan tetap kering dengan bantuan....kincir angin. Sekarang tau, kan..mengapa Belanda disebut negeri kincir angin... 


Di balik keindahan kincir angin yang berderet rapi, ternyata ada fungsi penting sebagai penjaga daratan Belanda dari air

Eittss…ini belum selesai. Setelah berbagai usaha itu, banjir ternyata masih terjadi di Belanda. Tragedi banjir di Belanda terakhir tercatat dalam sejarah pada tahun 1953. Banjir kala itu menelan hingga 1800 korban jiwa. Tidak mau kisah yang sama terulang, pemerintah Belanda mencanangkan Delta Plan yang memiliki misi jangka panjang mengamankan negara kincir angin itu dari bencana banjir (kalau bisa, untuk selamanya…). Jika melihat rentang waktu antara awal mereka berusaha mengatasi banjir hingga awal master plan Delta Works, saya sangat salut dengan kegigihan orang Belanda. Gimana engga? Lebih dari 700 tahun..!!!

Garis merah adalah bendungan yang dibangun untuk melindungi area yang luas di barat daya Belanda dari air laut

Sama-sama Dibelah oleh Sungai dan Kanal

Kalau berbicara mengenai kota yang dipenuhi oleh kanal dan perahu, semua merujuk ke kota Venice, Italia. Namun Amsterdam memiliki julukan “the Venice of the North”.

Kanal-kanal yang membelah kota Amsterdam dimanfaatkan sebagai salah satu jalur transportasi alternative, lho.. Dengan menumpang waterbus maupun water taxi (yang biasanya adalah boat-boat bercat kuning), kita bisa menyusuri kota sembari menyaksikan rumah-rumah kuno yang usianya sudah ratusan tahun berderet rapi di sepanjang tepi kanal. Pemandangan ini sudah sekian lama menjadi daya tarik tersendiri bagi turisme di Amsterdam. Nah.. Menyadari bahwa kanalnya sangat penting untuk transportasi dan pariwisata, warga Amsterdam pun menjaga aliran kanalnya dari sampah. 

Salah satu kanal di sudut Amsterdam….nampak tenang dengan sejumlah boat yang terparkir rapi

Lalu bagaimana dengan sungai-sungai di Jakarta? Agak miris sebenarnya. Mantan gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso pernah meresmikan transportasi sungai atau waterway rute Halimun-Karet sepanjang 1,7 kilometer pada 6 Juni 2007. Berharapnya sih bakal berkembang bagai kanal-kanal di Amsterdam. Sayangnya, kapal tersendat sampah sungai. Proyek itu pun bubar jalan. Hingga hari ini, kondisi sungai-sungai di Jakarta masih sama: berserakan sampah, dengan air berwarna coklat kehitaman.

Salah satu sungai di Jakarta Pusat. Sedih sekali melihat kenyataan ini (T_T)
Sama-sama IbukotaNegara

There’s no doubt ‘bout this fact… Tapi uniknya, laju pertumbuhan kota seiring dengan meningkatnya ekonomi negeri yang dihiasi tulip warna-warni ini, tidak membuat gedung-gedung pencakar langit ‘tumbuh subur’ di Amsterdam. Bangunan-bangunan kuno justru memiliki nilai tinggi dan terawat dengan baik..

Bangunan-bangunan Amsterdam yang berwarna cerah mengingatkan pada warna-warni tulip yang semarak..

Sekarang…. bandingkan dengan Jakarta….


Di tahun 2050, mungkinkah Jakarta isinya gedung-gedung semua????

Apa yang bisa kita lakukan?

Jika menghitung dari penerapan tehnologi ini di Belanda pada awal abad 17, itu artinya Jakarta kita tercinta ketinggalan 400 tahun..!!! 
Tapi, tidak pernah ada kata terlambat untuk berubah, selagi arahnya untuk hal positif dan menuju ke arah yang lebih baik...betul ngga, kawan-kawan???!!!

"Setiap kekurangan memiliki kelebihannya.. " – Johan Cruyff, mantan pemain sepakbola Belanda

Referensi:

1 comment: