Thursday, June 16, 2016

TRANSPORTASI: POLEMIK BAGASI KERETA

suasana dalam kereta ekonomi saat ini....memang lebih enak sih..sejak pake AC
Seorang ibu naik ke kereta dari stasiun Gombong sore itu.
"Tas siapa ini?", ujarnya. Rupanya ruang bagasi atas untuk menaruh barang bawaan sudah terisi penuh, termasuk bagian ruang bagasi yang menjadi 'jatah' si ibu. Penumpang se gerbong hanya diam saja, seakan tak mengidahkan. 

"ya mana tau tas siapa. Ya taruh aja sih tas nya disitu. Untuk sama-sama juga", gumam penumpang di samping ku. Nampaknya dia agak kesal dengan si ibu.

Si ibu yang tak mendapat respon pun segera berusaha menurunkan kardus yang 'mengambil' ruang bagasi ibu tersebut. Penumpang se gerbong pun kaget. Beberapa mulai risih dan berbisik. 

Seorang pria pun berdiri..
"Itu punya saya", ujar pria itu yang akhirnya mengaku
"Naaf ya, pak.. Ini harus diturunkan. Soalnya barang saya ngga ada tempat. Nanti saya ngga bisa duduk", kata ibu itu
"Lho...barang saya kan di atas. Anda ya duduk aja", sahut bapak itu berkilah
"Bukan gitu, pak.. Ini bagian atas dan kolong sudah penuh (barang-barang penumpang". Kalau barang saya ngga dapat tempat (dan harus ditaruh di kursi), saya mau duduk dimana?", tanya ibu itu.....

Aku, sama seperti penumpang lain, hanya terdiam. Namun penumpang yang duduk bersamaku mulai berkomentar,
"Ya taruh aja di kolong. Ini kan punya sama-sama. Ya sudah, lah..."

Dalam hati aku tertawa kecil dan ingin menyahut,
"ya...iya, bu....Ibu ngomong gitu. Kan ibu barang bawaannya juga banyak banget....sampe-sampe make jatah ruang bagasi saya juga".

ini belum semua bagasi lho...masih ada yang di kolong kursi dan di ruang kaki
Dalam beberapa waktu terakhir, saya berkesempatan beberapa kali naik kereta ekonomi. Dan masalah yang selalu saya temui kurang lebih sama: penumpang yang over bagasi. Adalah pemandangan yang lazim untuk melihat sekeluarga yang naik kereta, dengan beban bagasi 2-3 kardus/ tas per orang. Jadi jangan heran kalau melihat sepasang suami istri bawa 5 kardus plus 2 tas tangan. Atau keluarga 3-4 orang yang bawa bagasi 8-10 kardus.

Bagasinya akan ditaruh di tempat bagasi atas atau di bawah kolong. Sayangnya, kereta ngga sama seperti pesawat, yang punya penyimpanan bagasi di lambung pesawat buat yang bawa over-bagasi. Ujung-ujungnya, penumpang kereta bakal 'makan' ruang bagasi penumpang lain yang barang bawaannya lebih sedikit. Sayangnya (lagi), barang bawaan orang indonesia itu memang buanyaakk banget, entah apa aja isinya. Bahkan ngga jarang klo kardus-kardus yang dibawa isinya adalah 'hanya' snack atau lauk pauk khas daerah yang memang mau dibawa ke tempat tujuan. Makanya, mengambil jatah bagasi orang lain pun tidak dianggap sebagai sesuatu yang berarti selagi tidak ada yang protes

Kadang saya cuma mengelus dada dengan 'tradisi' ambil jatah orang ini. Harus saya akui, sebagai warga biasa, agak lumrah rasanya mengijinkan hal itu terjadi kalau keretanya sepi. Lha...ini kan kereta ekonomi sekarang selalu rame -- seiring dengan meningkatnya pelayanan di KA ekonomi yang kini bersih, non-pedagang, non-rokok, non-binatang, plus ber-AC. yang bikin saya geli, kadang alasan untuk membenarkan tindakan ini sangat lah kekanak-kanakan.
"Lha...orang punya sama-sama juga...."
"salah sendiri naik belakangan. ya sudah ditempatin sama yg naik duluan..."
"ya sudah...mbok ya ngalah"
"kalau mau enak, ya jangan naik kelas ekonomi..."
Duileeeeee.....pantes kita sulit maju. 

Menurut saya, ini bukan masalah enak ato ngga enak, ngalah atau ngotot, ikhlas atau engga. Ini masalah prosedur, hak, dan kewajiban. Kalau kita ini naik kereta gratis, bolehlah....atau kalau kita lagi dalam situasi darurat dan mengungsi, bolehlah..... Tapi kondisi yang sedang kita bicarakan kan dalam situasi normal, dimana setiap penumpang membayar tiket, dan mendapatkan hak sesuai dengan yang dia bayar.

Menurut saya, bagasi yang jumlahnya jauh lebih banyak dari jatah penumpangnya sebenarnya bisa ditangani dengan beberapa solusi. Misalnya, mengirimkan barang bagasi ke alamat yang dituju dengan paket pos. bisa dikirimkan di hari yang sama dengan keberangkatan, atau beberapa hari sebelum keberangkatan.
(trus siapa yg mau terima itu barang klo orangnya ngga ada? malah bikin repot tau..)
logikanya, orang ngga bakal bawa barang sebanyak itu klo bukan ke rumah relasi dekat atau keluarga. Yahh...kalau dia mau repot-repot bawain sebanyak itu buat keluarganya, ya masa sih keluarganya ngga mau ngambilin buat dia. Orang yang cuma liburan ke tempat yang ngga dikenal, perjalanan bisnis, atau short trip, rata-rata ngga bakal bawa sebanyak itu.

Atau....

Belilah tiket lebih. Misalnya trip itu untuk suami istri, namun bawa 5-6 bagasi. Tidak ada salahnya untuk membeli karcis 3-4 lembar. Dengan demikian, otomatis mereka juga 'membeli jatah bagasi' yang lebih banyak. Selain itu, ruang istirahat di kereta pun akan lebih lapang dan nyaman. Toh tiket ekonomi ini, harga berkisar Rp 75,000-Rp 240,000 per lembar...
(Enteng lu ngomong, Ri. Buat lu, mungkin tiket segitu murah. Buat orang lain kan itu mahal...)
Bung, ini bukan masalah kasihan-kasihanan. Coba kalo ortu kita sendiri yang ada di posisi yang dirugikan, mereka mau taruh barang, tapi bagasinya dipakai orang lain, apa yang akan kita lakukan? Jangan cuma melihat di sisi orang yang bawa barang banyak donk....lihat juga kebutuhan orang yang hak nya justru diambil. 

Bukankah itu juga yang dilakukan oleh pihak KAI? Mereka memperbaiki banyak fasilitas, terutama di kereta ekonomi, yang menyebabkan jumlah penumpangnya naik tajam tahun demi tahun. Coba klo pihak KAI bilang
"Saya ngga mau nambahin fasilitas di ekonomi. Mahal tau kasi fasilitas kayak gitu. Mana tiket kalian harganya murah banget...", kalian pada bete ngga? Dan selanjutnya, ayam dkk ikut masuk kembali di kereta ekonomi. Ngga mau, khan.....
tuuhhh....bawaan per orang lumayan juga, khan...ampe dibopong

Atau...

Bawalah barang secukupnya. Sudah normal tuh...1 orang bawa paling engga 2 tas: 1 bagasi besar, dan 1 tas yang dibawa sendiri untuk diisi dompet, hp, buku, snack dll. Lagipula, barang bawaan yang seadanya bakal membantu kita fokus saat berkemas dan membawa barang turun dari kereta. Di sisi lain, kita juga belajar untuk menghormati kebutuhan orang lain sesuai dengan kadarnya. ngapain juga kita susah-susah belajar agama dan PPKn, klo hal kayak gini aja masih belum lulus...

Tuesday, June 14, 2016

CHURCH MINISTRY: REVELATION

Hai...hai...hai lagi.. sebenernya blog ini didedikasikan buat berbagai pendapat dan pengalaman selama menjadi jurnalis. But sebuah pengalaman yang terjadi bberapa waktu lalu, menelurkan (emangnya ayam, ya...) sebuah tulisan yang bener-bener pengen di-share. Sayangnya, ini tulisan buat kalangan terbatas.... Lha...trus kenapa ditaro disini???!!! For some reasons... first, khan ini blog pribadi ane...(^0^)... second, this story is too short to be a book, yet too long to be typed and shared in WA group...

So...kalau mau dibaca, ya monggo... But klo termasuk sensitif dengan hal-hal yang berbau agama, ya sebaiknya baca tulisan saya yang lain aja. Toh..membaca/ engga kan itu pilihan kita (dan jari-jari yang bergerak liat nge klik setiap page yang ada, kan...^^)

Because actually this story really related to my background as a Christian =). Buat yang Kristen pun dispesifikin lagi....buat yang terlibat pelayanan. So...here is the story:

Langkah kakiku bergerak cepat memasuki gedung. Melirik sedikit ke arah jam tanganku.

Duh...sudah jam 8:45. Ya sudahlah, mending terlambat daripada engga sama sekali.

Traffic jakarta emang ngga pernah bisa ketebak. Prediksiku, harusnya setelah jam 8 malam, traffic bakal lebih lancar....ehhh..kok ya hari ini rasanya seperti pulang jam kantor... Slipi - Central Park kok bisa hampir 30 menit.

Segera aku menekan angka "32", dan mencari lift yang terbuka....

Cepetan donk.......

Lift bergerak naik. Dan terbuka di lantai 32

Here we go...fiuhhh….

Aku memasuki ruang gereja untuk mengikuti pertemuan pelayan Tuhan. Jalannya pelan-pelan, supaya ngga berisik (plus ngga menarik perhatian, biar ngga keliatan terlambat ;D)

Duh...ini isi kotbahnya dah sampe mana ya???

Yang jelas, ternyata itu sudah titik pertengahan menjelang akhir. Bisa dibilang, aku hanya mendapat sekitar 10 menit dari pesan yang dibagikan ps. Jonatan, pembicara malam itu. 

Pak Jo menceritakan tentang teladan Rasul Paulus dalam pelayanan. Aku duduk, dan inilah kurang lebih yang dibagikan:

Kisah 20:18-24
.... "Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu sejak hari pertama aku tiba di Asia ini: (19) dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku. (20) Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; …..


*********
Aku berjalan menyeberangi jalan, menuju kos ku. Badan cape, perut lapar. Tapi isi kotbah Pak Jo itu masih terngiang di pikiranku.

Selama ini aku mengira, aku telah memberi 'hampir semuanya'. Aku meluangkan waktu untuk pelayanan, ikut bersekutu dalam komsel, berusaha membuat beberapa koreografi untuk tarian di ibadah (secara pelayanannya di bidang tarian ya…), berdoa bersama yang kesusahan, berpuasa, dll....

Tapi jauhhhhhh........di dalam hati ini....aku tau bagian-bagian mana yang ngga dilakukan sepenuh hati.  Saat aku berpikir mungkin aku salah mengambil tanggung jawab ini, saat aku menjalani pelayananku hanya rutinitas, saat aku skip berdoa karena kecapean, atau menaikan doa yang kebanyakan isinya hanya kebutuhan pribadiku....(rasanya masih banyak yang bisa ditulis, sampai malu sendiri menuangkannya dalam tulisan...). Jika dibandingkan dengan cara Rasul Paulus untuk melayani.........terlalu jauh...

Tidakkah memikirkan pekerjaan penting? Memikirkan cita-cita penting? Memikirkan kebutuhan hidup penting? Memikirkan pasangan atau keluarga kita penting? Bukankah aku beristirahat penting....

tapi entah kenapa harus diakui, semua itu terkadang untuk menyelubungi suatu aspek yg disebut "tidakkah keinginanku penting??!"

Jika seseorang menanyakan, "Mengapa kamu mau melayani Tuhan?"
Jawaban yang paling sering muncul adalah, "Karena aku ingin membalas cinta kasih Tuhan...."
"Memangnya seberapa besar cinta kasih Tuhan dalam hidupmu?"
"Sangat besar..."

Filipi 1:21-22
(21) Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. (22) Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. 

Let me give you an example....(MMmm...sebenernya ini bukan contoh juga siy...krn bener2 kejadian di suatu tempat, di suatu kota....)

X bukanlah pemimpin kelompok sel. Tapi entah kenapa, selalu kebagian menjadi pengganti pemimpin kelompok sel (PKS). Saat PKS lalala ditugaskan kantornya ke luar kota, X lah yang menggantikan tugasnya menjadi PKS. Kemudian saat PKS lilili punya kesibukan projek, maka X ditugaskan menjadi pengganti. 
Sekarang, PKS lululu sedang cuti melahirkan. Dalam sebuah rapat yang berlangsung dalam malam yang makin larut, forum pun menanyakan,
"jadi siapa yang bisa menggantikan tugas PKS lululu???"
Hening....
Semua diam.....
"Saya siap, kok...", akhirnya X pun angkat bicara.
Semua bertepuk tangan.....mungkin bukan karena setuju.....tapi karena lega sambil membathin,"untung....ngga jadi gw yang bertanggung jawab"

(Kisah ini diceritakan X. Ia mengaku bukan bermaksud mengeluh dan tidak masalah dengan tugas itu. Namun jadi bertanya, "ada apa dengan orang-orang lain??")

Ini hanyalah cerita pengalaman orang lain, yang mungkin bisa menjadi cara kita introspeksi diri. Adakah hal serupa terjadi di pelayanan kita??? Masih banyak hal lain yang mampu membuat kita lalai. Bagaimana dengan perasaan sakit hati, kecewa, stagnan, merasa butuh refreshing, dll yang kita ijinkan membuat pelayanan kita tidak maksimal???

Pelayanan kita tidak dibayar, betul... Tapi bukan menjadi alasan untuk memberi seala-kadarnya. Emang nya kita memberi kepada (maaf...) fakir miskin??? Bukankah kita saat ini sedang memberi untuk -- seperti yang tertulis di atas -- membalas cinta kasih Tuhan yang suanggaaattt besar dalam hidup kita?????

Jika dari awal kita tahu bahwa pelayanan akan mengurangi waktu kita jalan-jalan di hari Minggu (yang adalah hari libur, hari istirahat, hari keluarga, hari apapun namanya…), membuat kita perlu biaya ekstra untuk transport dan sejumlah peralatan, extra waktu untuk latihan dan menghadiri pertemuan, plus gesekan dengan orang yang ngga sepaham dengan kita, kecewa saat pendapat kita ngga terakomodir, bete karena benturan waktu dengan orang2 yang kita sayangi, sakit hati saat kesalahan kita sebagai manusia dihubung2kan dengan pelayanan yang terlihat 'suci', ........akankah kita memilih untuk tetap melayani?????

Sampe di kamar kos, tas langsung dilempar. Aku duduk termenung, berpikir kembali....

"Jadi kenapa dulu kamu melayani, Ri?"
"...karena mengasihi Tuhan..."
"Apa dulu sudah mempertimbangkan bakal ada masalah2 dan 'kerugian' yang mungkin timbul karena memilih melayani"
"Hmmm....ngga kepikiran malahan... Kan sebelumnya ngga pengalaman soal pelayanan"
"Trus...kok mau?"
"Yaaaa....karena mau. Aku berpikir itu salah satu caraku mengekspresikan "cinta" pada Tuhan"

(Woww...aku seperti terbagi jadi Lori A dan Lori B)

Mungkin pasangan yang menikah adalah salah satu contoh yang tepat. Setiap orang yang pertama kali menikah, dijamin ngga punya pengalaman apa pun soal itu. Mereka hanya mendengar, kalau menikah itu butuh modal besar, jadi klo mau murah, menikah di KUA aja. Buat yang pengen istrinya di rumah, maka biaya tanggungannya ekstra. Kalau dulu tinggal di kos, sekarang ngontrak ato beli rumah. Lagi-lagi, kalau mau murah, ngga usah punya anak aja. Kebutuhan bayi banyak, belum lagi kalau mereka masuk sekolah, kebutuhannya muakinnn.....banyak.

Kenyataannya, ribuan pernikahan tetap terjadi setiap harinya, di dunia ini. Mostly bahkan ngga cuma di KUA ato catatan sipil, tapi ada resepsi pernikahannya (entah sederhana, mewah, atau....mewah bgt). Tetep punya anak, bahakan ada yang bela-belain adopsi. Lha....kenapa? Bukannya ngga ada pengalaman? Bukannya tau hitung-hitungannya rugi....kenapa?

Kalau tanya sama yang nikah, pasti dijawabnya cuma sambil senyum-senyum, sambil bilang "Sudah cinta sih......"

"Jadi, Ri...kamu masih mau melayani?"
"masih....."
"Serius..???? Meskipun tau resikonya banyak planning dan cita-cita kecilmu yang harus dilepaskan???"
"Tau, kok....Masih.."
"Ya sudah klo begitu...."
"Thx sudah bertanya....."
"Klo begitu...jangan lalai, ya..."
"....."

Aku melirik jam....pukul 00:10.



Tuesday, June 7, 2016

SINGAPORE: TAUKAH KAMU SINGAPORE ADA WAMIL??

familiar dengan judul ini???
Yang langganan TV kabel, pasti tau show yang berjudul "Every Singaporean Son". TV show ini cerita soal pengalaman anak muda Singapore yg menjalani wajib militer (National Service) sebagai program yang harus diikuti oleh warga negara yang baik (duileee...bahasanya)

Ngga banyak negara yang mengadakan wajib militer dekade ini. Segelintir negara itu adalah Korea Selatan (apalagi Korea Utara), Israel, UEA, Libya, Brasil, Kuba, dll ...ya termasuk Singapore ini. Pertanyaan yang lumrah muncul adalah "Kenapa cowo-cowo Singapore harus ikutan wajib militer?".

Saat itu, sekitar tahun 1963, Singapura, yang adalah bekas jajahan Inggris, menjadi salah satu wilayah yang masuk dalam bagian negara Malaysia. Jadi klo kamu ngeliat kedai Kopi Tiam di Malay dan Singapore cenderung serupa dari swgi menu, gaya, dan rasanya...mungkin pengaruh kebersamaan mereka di waktu silam (ngelindurrr...sorryyyy.....kita lanjutkennn...)

Singapore bergabung dengan Malay, dengan harapan memperoleh naungan pemerintah yang berdaulat di tengah pergolakan kawasan Asia Tenggara yang saat itu mulai menyerukan kemerdekaan masing-masing negara, dan di saat yang sama, kedatangan penduduk dari berbagai ras yang berasal dari Eropa, Asia Selatan dan China untuk alasan dagang.

namanya aja wajib militer...ya hukumnya WAJIB...
Tapi apa mau dikata, keinginan pemerintah Malay ngga sejalan dengan kepentingan penduduk di Singapore. Saat itu pemerintah Malaysia memberikan hak khusus bagi golongan Bumiputera (dalam hal ini adalah etnis Melayu), sedangkan mayoritas penduduk Singapura adalah etnis Tionghoa. Isu diskriminasi pun merebak, plus pertikaian perebutan lahan antara etnis tionghoa dan Melayu di lapangan.

Singkat cerita, parlemen Malaysia pada 1965 mengejutkan Singapore, dengan mengeluarkan wilayah tersebut dari Federasi Malaysia, karena dianggap hanya menjadi biang keributan. Mungkin, Singapore lah satu-satunya negara di muka bumi yang tidak berbahagia diberikan kemerdekaan di era itu. Negara super kecil yang dikelilingi sejumlah negara besar, dipenuhi pengangguran dan pemukiman kumuh, ngga punya sumber daya alam.

Dari sana lah tangan besi Lee Kwan Yew, perdana menteri Singapore yang pertama, mulai membangun. Salah satunya adalah memastikan adanya pasukan pertahanan keamanan, untuk menangkal kemungkinan serangan dari Malay, China, Indonesia, dan negara-negara Indochina. Diciptakanlah undang-undang pada tahun 1970 yang mewajibkan warga negaranya yang sehat secara fisik, dalam usia 16-40 tahun, untuk mengikuti pelatihan wajib militer selama 3 tahun.

sebenernya, bahkan ngga ada larangan lho klo cewe juga mau ikut wajib militer di Singapore
Efek jangka pendeknya, sudah terlihat jelas. At least fisik cowo2 Singapore jadi bugar, meskipun ngga bisa dibandingkan sama Song Joong Ki dalam film Descending of the Sun (😍). Hasil jangka panjangnya, terbukti Singapore ngga digoyahkan dengan isu terorisme, seperti yang rentan terjadi di negara sekitarnya. kayak Indonesia, Malay, dan Filiphina. 

Setelah lewat masa 3 tahun, setau gw, mereka bisa memilih, apakah melanjutkan karir di militer, ato kembali menjadi warga sipil. Kalau lanjutin karir di militer, ada tes-tes tambahan untuk memastikan kelayakan masuk militer. Sedangkan klo jadi warga sipil, bakal ada wajib lapor sekali setiap tahunnya. Di masa wajib lapor itu, mereka juga bakal diberikan pelatihan supaya ngga lupa ilmu militernya, termasuk pengetahuan soal alat-alat militer terbaru. So, klo tiba-tiba negara masuk masa darurat, para eks-peserta wajib militer ini pun siap tempur. Kereeen yaaa...

jadi kepikiran, gimana klo di Indonesia ada wajib militer? Kenapa di Indo ngga ada wajib militer? Gw baru mikir sebentar, tiba-tiba langsung muncul setidaknya 10 alasan yg nge buat gw segera bilang....,"Emang sebaiknya di Indo ngga wajib militer..." 😋😋😅😅



adegan di salah satu episode  "Every Singaporean Son"

SUMBER FOTO: google.com






SINGAPORE: RECOMMENDED RESTO....

Sebenernya makanan dikategorikan halal ato non-halal ngga masalah buat gw , soalnya kategori yang non-halal menurut gw adalah klo makanannya diperoleh dari mencuri;D,,
But ada baiknya juga disini nyeritain soal gimana cara dapetin makanan halal (dalam hal ini, buat temen-temen muslim yang menghindari makanan yang mengandung babi) selama di Singapore. Ngga enak banget kan, buat temen-temen yang traveling ato tinggal lama disana (buat kerja ato sekolah misalnya) sampe masok indomie banyak-banyak karena ngga tau dimana yang jualan makanan halal….
Jadi…di Singapore itu ternyata juga ada sertifikasi halal. Meskipun mayoritas orang Singapore itu non-muslim (ada banyak etnis tionghoa dan India), tapi kita mesti inget kalo Singapore itu penghasilan domestiknya dari perdagangan dan pariwisata. So, adalah suatu keharusan buat negara ini untuk menjaga kenyamanan pengunjungnya, yang mayoritas berasal dari negara-negara tetangganya. Dannnnn…mengingat negara tetangga yang sering ngapel kesana adalah orang Malay dan Indo (yang mayoritas muslim), jadilah resto-resto halal menjadi salah satu sarana yang wajib ada.
kira-kira logo inilah yang menandakan sertifikasi halal di Singapore
Resto-resto yang memang mengkhususkan diri bagi makanan halal harus punya sertifikat dari Majlis Ugama Islam Singapura (MUIS). Sertifikat ini biasanya dipajang di tempat yang mudah dilihat pelanggan. Jadi buat temen-temen muslim yang masuk resto/ kedai disana, pastikan cari sertifikat ini dulu. Klo ngga liat? Tanya sama pemilik kios ato pegawai resto nya. Kalo belum jago Bahasa Inggris? (_ _?)…..coba tanya mbah GoogleTranslate
Resto halal ngga selalu identic menjual makanan sederhana. Ada buanyaakk…bgt…mulai dari yang kedai biasa sampe yang kelas deluxe. Ini gw kasih daftar 3 resto halal yang enak banget buat dikunjungi di Singapore. Belum tentu yang terenak sihhhh…. Cuma emang kebetulan kemarin baru sempatnya kesini doank…
Le Steak’s by Chef Amri

Klo ngeliat tempatnya, sempat ngira klo steak yang disajikan bakal ala WS (waroeng steak di Jogja). Ternyata….engga, bo..! Buat lidah gw, rasanya mantap…!! Emang sihh..gw pesannya Grilled Fish. Tapi berhubung datangnya bareng temen-temen, maka jadilah jurus cicip-mencicip…. Sirloin Steak, Aglio Olio, Ribeye….semuanya uennaakk.. Burgernya pun ok… Semuanya di rentang harga Sing$8.90 – Sing$16.90. untuk kelas Singapore, quite cheap lah ya….

Yang seru pas makan disini, bagian marketing nya kayaknya tau klo kita pendatang (semoga karena kelihatan keren, ya….bukan ngenes…). Trus dia nawarin kita buat nyobain menu dessert. Mmmm…kenyang sih, tapi kepengen juga.
Ada 3 jenis desserts yang kami coba: 
Lemon Curd Tart (Sing$4.90), 

Handmade Maple Waffles (Sing$7.90), 

dan Crème Brulle (Sing$6.50). 


Aslliii…semuanya enak banget (mungkin karena gratis, jadi rasanya makin enak, wahahahahhaha…). Tapi buat gw, Belgium Waffles yang paling juara…
Alamat:
Le Steak by Chef Amri
248 Jalan Kayu Singapore 799472 Tel: +65 6556 3588
Opening Hours: 3pm-11pm (Mon-Fri), 12pm-12am (Sat, eve PH), 12pm-11pm (Sun, PH)




Asian Market Cafe


Pas ditawarin pergi kesini, gw kira kami bakal makan di food court yang penuh banget dengan menu-menu Asia. Apalagi katanya tempatnya laris banget, jadi mesti dating ngga terlalu malam, biar menunya ngga keburu abis.

Setelah nyampe, emang sih… sesuai dugaan, dipenuhi dengan buanyak banget makanan Asia. Mulai dari jamu, bumbu kari, sushi, roti canai, seafood, sampe dumpling……semua ada. Yang ngga sesuai perkiraan Cuma tempatnya aja….ternyata di Fairmont Hotel.


Desain dining room nya seperti Straits Kitchen, yang men-display makanan China, Jepang, India, sampai Indonesia. Disini gw makan, asli…, banyak banget. Namun demi mencegah kekenyangan yang berujung dengan hal-hal yang ngga diinginkan, gw ‘membuka’ dengan sesi buah-buahan, sushi, dan roti canai…. (sebenernya, ini pun sudah bukan food combining ;(….). Tapi ngga apa lah…kan Cuma sesekali, hehehehe…..






Alamat:

Fairmont Hotel
80 Bras Basah Rd, Singapore 189560


Premium Sky Dining Flight (Singapore Flyer)

kerennnn...yahhh...... (sumber: google.com)
Klo yang satu ini, emang super eksklusif….. Bukan karena rasa makanannya sihh…tapi karena tempat diadakannya….

Singapore Flyer ini semacam bianglala berbentuk kapsul dengan kapasitas sekitar 20 orang. Tingginya 165 meter, yang otomatis ngebuat kita bisa menikmati pemandangan kota Singapore dari ujung ke ujung sampe puas. Jadi bisa dibilang, Sky Dining di Singapore Flyer itu dapet berbagai keuntungan sekaligus: makan enak, pemandangan ciamik, lokasi strategis buat selfie (abaikan yang terakhir^^).

dari kapsul, bisa memandang keindahan Singapore malam hari
Harga? Jangan ditanya….nanti pingsan. Yang jelas ini bukan harga yang cocok buat kantong mahasiswa. Tapi ya boleh lah….dibagi dikit pengalaman disini, supaya ngga penasaran, kannn…

Dinner di Singapore Flyer ada durasi waktunya, yaitu sekitar 1 jam (aja), setara sama 2 kali putaran bianglalanya. Menu makanannya dikeluarkan dalam 4 sesi (ala-ala eropa gitu deh…):


- Appetizer:
Caesar Salad
biar sehat, emang wajib dibuka sama sayuran...hehehhe

- Soup:



Cream of Wild Forest Mushroom Soup accompanied with freshlymade breads

- Main Course: 
Lamb: Lamb Shank with Red Wine Mint Sauce, served with Mashed Potato and Seasonal Vegetables
ATAU
Chicken: Chicken Cordon Bleu, served with Mashed Potato and Seasonal Greens with Yakiniku Sauce
ATAU
Fish: Grilled Seabass, served with Roasted Potatoes and Seasonal Greens, with Cream Fusion Truffle Sauce
ATAU
Vegetarian: Chef’s Selection of Vegetarian Pasta with Seasonal Greens and Sauce
gw prefer daging ayam......yummyy.......


- Dessert:
Homemade Chocolate Truffle, Fruits Compote  

Penyediaan minuman disini ngga macem-macem – cuma teh dan kopi (kemarin sempet ada soda ngga ya? Lupa…). Ngga ada jus…. (ya iya lah, ya….secara makanannya dah di atas semua).

dining di tempat kayak gini emang unik lho....klo ada kesempatan, jangan dilewatkan... =D

Jujur….klo dari 3 pilihan restoran ini, rasa makanan disini yang paling ngga ‘istimewa’. Tapi ngga tau juga ya buat yang suka rasa ala-ala barat (secara aku ini orang Asia banget….suka yang kaya bumbu). Tapi pemandangan dan suasananya bener-bener mantapp…! Dijamin ngga nyesel nyoba makan disini.

Alamat Singapore Flyer:

Contact number: (65) 6333 3311
Operating hours: 830am - 1030pm
Duration: 1 hour
Address: 30 Raffles Avenue, Singapore 039803
Nearest MRT stations: Promenade (CC4)
Public buses: 106, 111, 133











SINGAPORE: IF U WANT TO HAVE YOUR OWN CAR, THINK AGAIN...

happy to be here......XOXO (lebay mode on)


Tour guide saya bilang, ada tempat makan yang recommended banget buat dikunjungi orang Indo. Namanya Le Steak by Chef Amri. Jadilah kami kesana... 

Pas turun mobil dan mau nyeberang jalan, kok baru sadar klo jalanan di Singapore itu ngga padat kendaraan , ya (bahkan di tikungan tempat resto ini, cenderung sepi). Sampe takjub, apakah warga Singapore sebegitu cintanya naik MRT? 

antrian pengguna MRT yang mau masuk kereta
Harus diakui, MRT Singapore itu emang jempolan... Ngga pantes dibandingin sama sistem Commuter Line di Jakarta yang masih diperbaiki hari demi hari (semoga besok2 dah bisa kayak Singapore....amiiinnnn...). Tapi ternyata, bukan itu juga sih, yang bikin orang disini lebih doyan naik transportasi massa. Nyatanya, kayak kebijakan lahan, kepemilikan kendaraan pribadi di Singapore itu bisa buat orang yang ngebet dan kurang perhitungan, miskin mendadak....

Di Singapura, pemerintah bakal bikin gimana caranya agar warganya ngga doyan beli kendaraan. Tapi ngga serta merta melarang kepemilikan kendaraan pribadi juga. Mereka nerapin yang namanya Sertifikat Hak Kepemilikan Kendaraan Bermotor (Certificate of Entitlement). Duhh...namanya panjang amat, yakkkk....selanjutnya gima klo kita sebut COE aja yaa..😅😅

suasana di dalam MRT
Nahh...si COE ini emang muahaall... Buat kendaraan roda 4 aja, harganya berkisar Sing$74ribu - 78ribu (yahh...klo di rupiah, sekitar Rp700-800 juta lah😎😎). Sedangkan COE buat kendaraan roda 2, sekitar Sing$1.700 ato sekitar Rp17juta. Berhubung ini baru ijinnya doank, ngga heran klo ditambah sama harga beli mobil/ motornya, yang ngeluarin duit jadi ngerasa ngga rela. Yang bikin lebih nyesek, COE ini ngga berlaku selamanya, melainkan harus dibaharui setiap 10 tahun.  Jadi bayangin, berapa duit yang harus dikeluarin cuma demi memelihara 1 kendaraan doank (klo di Indo, duit segitu bisa buat bangun kos2an per 10 tahun, ya...)

Untungnya, di Singapore itu transportasi massa nya dah bagus dan nyaman banget. Jaringan MRT buat negara semini itu aja dah terbentang 153km dengan lebih dari 100 stasiun. Katanya sih...pengguna bisa mencapai hampir 3 juta orang per hari.


pengguna kendaraan pribadi di Singapore sekitar 15 persen dari warganya

Tapi apa mau dikata, emang bener klo dibilang manusia tuh ngga ada puasnya. Pendapatan per kapita warga Singapore yang meningkat berpotensi bakal menaikkan jumlah pemilik kendaraan pribadi. Padahal klo sampe kejadian, bisa muacet parah tuh negara singa. 

Jadi ya tuh, pemerintah meras otak lagi, gimana caranya warga makin ngga doyan punya kendaraan. Sebenernya sekarang pun pemilik kendaraan dah 'dipersulit' dengan adanya penerapan electronic road pricing (ERP). --> ini banyak istilah baru, semoga kita semua makin pinter.
Jadi, di kendaraan itu bakal dipasang semacam alat deteksi. Klo dia lewat di suatu area tertentu (biasanya pusat bisnis atau area rawan macet) si kendaraan memiliki kewajiban bayar. Si pengendara akhirnya punya 2 pilihan: tidak memasuki wilayah tersebut dan cari jalan alternatif, atau masuk area tersebut dan bayar. Klo memasuki area tersebut, maka alat deteksi itu akan mengirimkan sinyal bahwa dia berada di kawasan berbayar, dan kalau kuota pembayarannya tidak dilunasi, maka si pengemudi akan kena sanksi.

sistem ERP sudah diberlakukan sekitar tahun 1990an

Nah, karena cara ini sudah kurang efektif menekan jumlah pemilik kendaraan, pemerintah Sing mau nerapin sistem ERP baru (tapi ngga tau deh, 2016 ini dah diterapin belom ya?). Dengan sistem ERP berbasis satelit, pengendara kendaraan bermotor akan dikenai biaya sesuai dengan jarak tempuh. Semakin jauh jarak tempuh kendaraan pribadi, maka akan semakin mahal biaya ERP yang dikenakan kepada pengendara kendaraan bermotor tersebut.

Ngebayanginnya jadi serem sendiri..😓😓😓. Kecuali uangnya dah bingung mau dipake apa, mungkin baru kepikiran beli kendaraan klo tinggal di Singapore. Tapi kayaknya untuk saat ini, sudah pas banget klo naik kendaraan umum aja....😆😆


SUMBER FOTO: google.com