Monday, December 30, 2013

Menutup 2013...

Menjelang akhir tahun, setiap orang berharap semuanya ditutup dengan baik, lalu membuat resolusi baru di tahun depan -- pencapaian, mimpi-mimpi....

Namun yang kualami justru air mata.... Hal yang tidak aku inginkan, justru itu yang kuterima... Oh, ya, bukan "hal", tapi "hal-hal"

Mungkin selama aku hidup, inilah perayaan natal dan tahun baru yang paling menguras air mata (dan tentunya tidak berharap akan pernah terjadi lagi....semoga...). Seandainya aku selalu dapat memperoleh yang kuinginkan....

Tapi pada kenyataannya tidak ada satu pun manusia di muka bumi ini yang selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, karena jika memang ada yang bisa demikian, maka ia tidak akan pernah mengalami kekecewaan

Ada banyak hal yang membuat aku berpikir selama seminggu terakhir, bahwa air mata ini, bahkan kekecewaan terhadap manusia lainnya, tidak akan mengubah apapun yang telah terjadi -- yang hilang tidak akan muncul, yang pergi tidak akan kembali -- hanya mujizat yang sanggup mengubah segalanya....dan itu datangnya dari Tuhan

Jadi biarlah Surga melakukan bagiannya, dan aku sebagai manusia melakukan apa yang menjadi bagianku. Mengembalikan senyum kembali menghiasi wajah, mengubah kebisuan menjadi keceriaan, ketidakpedulian kembali menjadi empati, dan mengisi kembali hati dan kepala dengan harapan dan mimpi yang baru. Mungkin harapan dan mimpi yang sebelumnya telah hancur....tapi selama manusia hidup, dan selama Tuhan ada, akan selalu ada pengharapan dan mimpi-mimpi yang lebih baik. Salah satu ayat emas dalam Yesaya 55 berkata bahwa jalan-jalan Tuhan lebih tinggi dari jalan-jalan manusia, demikian pula rancangan Tuhan lebih tinggi dari rancangan manusia.... Mataku memang tidak/ belum melihatnya. Tapi suatu hari nanti aku percaya akan dapat memahami semua ini....

Selama seminggu aku berada di rumah, aku melihat banyak hal..... Koleksi foto lama keluarga, adik kelas yang menikah, teman yang bertambah dewasa, kolega mama yang meninggal, film lawas yang diputar ulang.....bumi terus berputar, dan aku ada di dalamnya. Masalah-masalah yang kuhadapi bukanlah masalah terberat yang pernah ada di muka bumi. Bahkan mungkin pada kenyataannya, itu semua dialami oleh ribuan hingga jutaan orang setiap harinya.

Jadi, masalah-masalah ini bukanlah akhir dari dunia...hanya untuk membuat aku lebih kuat dan menjadi lebih baik....

Tuesday, October 15, 2013

360: THE LAST FOREST



Menurut saya ini adalah tragedi.  Dalam wawancaranya dengan saya, Walhi (wahana lingkungan hidup Indonesia) mengatakan hutan Indonesia berkurang secara signifikan tahun ke tahun. Dan per tahun 2013 ini, laju pengurangan hutan mencapai 5,7 juta hektar per tahun.  Food and Agriculture Organizations (FAO) memberikan perumpamaan yang mempermudah kita untuk memahaminya --  setiap harinya hutan di Indonesia berkurang seluas 500 kali luas lapangan sepakbola!!! Dan secara naluriah  kita akan bertanya,”Siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?”

akankah kita bisa tetap memiliki hutan ini 25 tahun ke depan????
Sebagian orang akan menjawab “pemerintah..!”, sebagian lagi “para pengusaha dan yang membuka lahan...!” atau “masyarakat lokal yang menjadi pelaku illegal logging...!”. Ada yang secara signifikan menyatakan itu adalah tanggung jawab “menteri kehutanan”, dan yang lainnya menjawab “bupati/ walikota setempat”. 

Tapi tunggu dulu...  Pernahkah kita menelusuri kemana kayu-kayu itu pergi? Dan saat lahan hutan beralihfungsi menjadi lahan sawit/ perumahan/ kebun/ tempat wisata, pernahkah kita memahami itu semua untuk siapa? Mungkin kita sibuk melihat kasus kebakaran hutan di Riau dan Kalimantan. Tapi bagaimana dengan yang terjadi  sangat dekat dengan kita? Hutan di sepanjang aliran sungai di Jawa Barat menuju Jakarta, misalnya?

Bosan rasanya memberikan contoh hutan Riau dan Kalimantan, meskipun di kedua tempat itulah deforestasi terlihat secara signifikan – disusul oleh Maluku dan Papua. Apa yang akan dilakukan oleh pemirsa televisi yang sibuk dengan rutinitas harian?? Mereka akan menonton acara televisi saat makan malam, terbelalak saat melihat kisah kerusakan hutan di suatu daerah bagian Indonesia, melihat lokasinya dan menyadari bahwa Riau maupun papua masih jauh dari tempat tinngal mereka, berkomentar sedikit, lalu melupakannya saat pergi tidur...

Remi Tjahari menunjukkan saya jangkauan wilayah Cekungan Bandung
Akhirnya saya memilih Cekungan Bandung sebagai contoh. Mendengar nama Bandung, orang cenderung mengingat kota Bandung. Nahh...Cekungan Bandung lebih luas dari itu. Ini adalah wilayah yang dikelilingi oleh banyak gunung -- Di utara, dari barat ke  timur, adalah Gunung Burangrang (2.064 mdpl), Gunung Tangkuban Parahu (2.084 mdpl), Perbukitan Bukanegara, Gunung Bukittunggul (2.209 mdpl), Gunung Palasari (1.600 mdpl) dan Gunung Manglayang (1.818 mdpl), di bagian timur, dari utara ke selatan di antaranya adalah Gunung Bukitjarian, Gunung Geulis (1.291 mdpl), Gunung Dusung dan Gunung Kendan. Di selatan, dari timur ke barat dibatasi oleh Gunung Mandalawangi, Gunung Rakutak, Gunung Malabar (2.321), Gunung Patuha (2.434 mdpl) dan Gunung Kendeng (Kendang). Sedangkan di bagian barat adalah perbukitan sisa-sisa gunung api tua kala Pliosen seperti Gunung Selacau (di Soreang), serta Gunung Lagadar dan Gunung Bohong (di Cimahi). 

Okeyyyy...disebutkan pun ngga membuat kita menghapalnya satu per satu. Tapi dimana ada gunung, disitu ada hutan. Jadi, kebayang kan...kondisi wilayah Cekungan Bandung jaman dulu?

gunung-gunung di Cekungan Bandung dulu selalu diselimuti hutan
Banyak orang yang telah tinggal di Bandung sejak lahir mengaku kota itu bertambah panas. Saya sendiri pernah tinggal di Bandung pada tahun 2003, dan merasakan panasnya Bandung 10 tahun kemudian. Dan apakah sekedar kebetulan kota itu bertambah panas bersamaan dengan bertambahnya jumlah pendatang ke kota tersebut dari Jakarta dan mancanegara?? Mungkinkah rantainya seperti ini:
Pendatang dan turis bertambah –> rumah makan, tempat wisata bertambah –> kebun bertambah untuk penuhi kebutuhan konsumsi –> permintaan meningkat –> prospek properti bagus à daerah Bandung utara tumbuh à kebun sayur, buah, teh, dan pabrik pengolahan snack dan toko bahan bangunan bertambah lagi.... 

Sudahkah kita mengetahui darimana asalnya? Mungkinkah kayu-kayu yang hilang di Kalimantan dan Riau ada di hotel-hotel kita? Rumah-rumah kita? Mungkinkah lokasi rumah kita atau tempat pariwisata dan belanja favorit kita dulu adalah kawasan hutan, rawa, daerah pasokan air??? Sekarang sadarkah kita siapa yang membuat hutan Indonesia berkurang drastis setiap tahunnya? Yappp....KEPENTINGAN MANUSIA... secara langsung maupun tidak, kita turut memberi sumbangsih dalam hal tersebut...
mungkinkah saat pohon ini hilang dari tempatnya, ia menjadi salah satu pajangan di rumah Anda???

Tentunya harus ada kebijakan yang cukup kuat untuk menggerakkan semua warga berpikiran sama, yaitu menjaga kelestarian lingkungan dan memelihara hutan. Dari semua narasumber yang saya wawancarai untuk topik ini, Ridwan Kamil sebagai walikota Bandung yang baru terpilih, adalah salah satunya. Dia memberikan sejumlah janji yang menurut saya sangat menarik untuk dicermati. Akan diwujudkan atau tidak, tugas kita untuk menagih itu padanya;)

Simak wawancara saya dengan Ridwan Kamil....



LORI:
Pak sebenarnya untuk rencana 5 tahun ke depan bandung ini mau dibangun seperti apa?

RIDWAN KAMIL:
Yah saya kira saya ingin menyeimbangkan permasalahan kota Bandung menjadi kota yang berkelanjutan. Kota yang berkelanjutan itu seimbang: segitiga ekonomi, bersama segitiga sosial, kemudian lingkungan.
Selama ini isu sosial dan lingkungan selalu keteteran. saya ingin menyeimbangkan itu. Misalnya dari sisi lingkungan, saya akan banyak membeli lahan untuk mengejar 30 persen RTH. kemudian memperbanyak ruang-ruang sosial juga di kota Bandung, sambil ekonominya maju sebagai ekonomi pariwisata dan kota ekonomi kreatif. jadi kira-kira seperti itu

LORI:
Untuk yang RTH, atau ruang terbuka hijau di kota Bandung saat ini, memangnya belum sampai 30 persen?

RIDWAN KAMIL:
Masih di kisaran 10 persen. Jadi PR besarnya saya diwarisi kota yang RTH nya sedikit, karena proporsinya lebih banyak di kapling-kapling bangunan. Jadi gerakan membeli lahan untuk dijadikan RTH, baik taman kota maupun taman di kampung-kampung padat itu akan jadi sebuah prioritas bagi saya sendiri di 5 tahun ke depan.
Nah orang biasanya datang ke kota ini ke kota Bandung biasanya belanja fashion dan kuliner gitu. Jadi orang Malaysia itu belanjanya luar biasa. Kulinernya juga menjadi tujuan wisatanya. Tapi RTH ini lebih banyak untuk kepentingan warga Bandung sendiri. Warga Bandung mengalami kesulitan untuk mengakses ruang-ruang terbuka hijau yang jumlahnya sedikit. Sehingga sering terjadi ada masalah warga Bandung merasa tidak nyaman karena wisatawannya datang, terdesak, sehingga jarang yang berinteraksi ke ruang luar karena kotanya diambil wisatawan.
Harus dikembalikan menjadi keseimbangan -- warganya masih tetap merasa jadi tuan rumah di kota sendiri, wisatawan juga merasa nyaman. Kuncinya itu meng-upgrade infrastruktur . Bandung masalah utamanya di infrastruktur yang tidak siap terhadap peluang ekonomi yang datang dari pariwisata
Salma, salah satu wisatawan Malaysia yang saya temui di Bandung Trade Centre

LORI:
Apakah anda tidak melihat hal yang menggerakkan  pembangunan terutama di kawasan bandung utara ini semakin aktif hari-hari ini?

RIDWAN KAMIL:
Ya itu tadi. Kota ini harus punya visi. jadi visinya menurut saya keseimbangan yang berkelanjutan tadi. Nah di utara itu dalam visi saya membangunnya itu tidak boleh semena-mena. Karena daerah resapannya itu banyak di utara.
Kedua, harus ada konsep zonasy. Boleh membangun bangunan tinggi, tapi tidak di bandung utara. kalau mau bangunan yang tinggi itu di bandung tengah, timur, barat, opportunity masih besar. Karena daya dukung lingkungan di utara itu terbatas. Utara itu kan warisan dari colonial, didesain sebagai garden city -- jadi kota taman yang berkelok2. Sehingga daya dukung untuk melebarkan jalan, kapasitas air dsb itu terbatas.
nah selama ini pembangunan kota itu terlalu disetir oleh pasar. dimana pasar berminat memberi investasi, disitu biasanya izin selalu diberikan dengan pembenaran2. nah menurut saya harus dibalik paradigmanya. Utara mau seperti apa, investasi boleh datang, tetapi mengikuti konsep seperti yang dimau bandung utara adalah kota heritage, kota yang ruang hijaunya sangat banyak. kalau mau yang sifatnya padat dan besar, digiring ke bandung yang sisi yang lain. Nah saya mau membawa konsep.
Karena di kota-kota lain dunia juga sama. misalkan di Paris, ya. Ada kota tua. Di freeze gitu dibekukan menjadi kota yang historis. Kalau mau bangun high rise, boleh gitu. tapi di la de fanc, di sisi kotanya. Nah konsep yang sama mau saya terapkan. Kalau sekarang itu serabutan. Mau dimana, boleh. Pada saat boleh, kan infrastrukturnya kan terbatas. Jadilah kelebihan beban. Makanya macet, banjir, dan sebagainya menjadi masalah yang hadir gara2 konsepnya terlalu disetir oleh pasar
apakah kita bisa hidup berdampingan dengan suasana semacam ini di kota kita??

LORI:
Apabila dilihat mulai dari periode yang sebelumnya, mulai dari 2008-2013, ini kan ada ijin membangun di kawasan Bandung utara yang diberikan pada puluhan bahkan ratusan pihak, dan kemudian juga pada saat ini belum rampung. Apakah di masa pemerintahan anda ini akan ada yang ditinjau ulang?

RIDWAN KAMIL:
Ya saya kira saya akan mereview seluruh ijin yang sudah dikeluarkan apakah daya dukung lingkungannya masih bisa mendukung pembangunan yang sudah dikeluarkan? Kalau ternyata tidak berarti harus ada moratorium….atau penghentian dengan catatan seperti itu. Kalau ternyata masih bisa, dimana yang bisa, dimana yang tidak? Nah 2 hal ini kan selama ini…..ngga jelas. Di daerah yang seharusnya bangunannya pendek, jaraknya jauh-jauh, tiba-tiba ada izin apartemen yang tinggi. Menurut saya kurang tepat. Jadi ada review perbaikan. Sehingga bayangan saya kalau orang datang ke bandung, ke utaranya seperti utara jaman dulu -- yang sifatnya banyak hijaunya, bangunannya pendek2, dst. Jadi ada tinjauan insya Allah
salah satu wilayah Cekungan Bandung yang kini berubah jadi perkebunan, daya serap air pun berkurang
LORI:
Kemudian bangunan yang sudah terlanjur hadir dengan memberikan kesan amburadul itu akan anda apakan, pak?
RIDWAN KAMIL:
Nah itu terkait dengan isu hukum, ya. Saya ngga bisa juga semena-mena merubuhkan bangunan-bangunan yang sudah ini. Tapi saya akan review kasus per kasus. kalau ternyata banyak prinsip-prinsip yang secara hukum dari awalnya salah, ya bukan tidak mungkin bisa dihilangkan. Tapi kalau dari awal prosedurnya sudah benar , mungkin kita liat ke depan aja tidak ada ijin baru. yang lama, ya, sudahlah mungkin biar apa adanya selama itu aturan hukumnya tidak terlalu bermasalah

LORI:
Bagaimanapun anda warga bandung

RIDWAN KAMIL:
Lahir di bandung, sekolah di bandung

LORI:
Ya. Dan melihat dan meninjau perubahan di bandung sejak anda mengenal kota bandung seutuhnya. Apa yang paling anda rasakan berubah di kota ini?

RIDWAN KAMIL:
Kelebihan beban. Kalau saya simpulkan kelebihan beban. Jadi kota bandung itu mengalami 3 revolusi, ya: revolusi jalan anyar-panarukan jaman belanda, lahirlah kota bandung. Revolusi jalur kereta api, jadilah paris van java. Nah ada revolusi tol cipularang.
Sejak tol cipularang kan orang Jakarta kan tidak hanya weekend, tapi bisa pulang bolak-balik ke Bandung, ya. sementara kapasitas jalan segitu2 aja. Jadi kalau ibarat wadah air, itu airnya sudah luber. Harus diperbesar wadah atau dikurangi si airnya, kan gitu. nah sama juga. Jadi bandung tidak siap dari segi infrastruktur. Itu yang saya rasakan. Berimbas pada seluruh aspek kehidupan.
padatnya kota Bandung saat ini, memberi sumbangsih pada meningkatnya suhu di kota
Nah ini yang menjadi target saya adalah meng upgrade infrastruktur. Jadi konsep monore,l kemudian ada flyover-flyover baru, kemudian ada mall cabel car, ada program sepeda, ada bis2 wisatawan dari hotel ke hotel -- itu bagian dari merespon terhadap opportunity tol cipularang dan bandara ini melalui upgrading infrastruktur dan perubahan gaya hidup yang lebih siap.

LORI:
Apakah  anda definisikan dengan membangun itu tidak selalu dalam hal kota yang modern?

RIDWAN KAMIL:
Pembangunan itu tidak bisa diberhentikan secara filosofinya. Yang bisa itu dikendalikan. Kita tidak bisa menyetop perubahan, ya, bisa dikendalikan. Nah selama alat pengendalian ini tidak jelas, rapuh, kemudian tidak ada tindakan hukum bagi yang melanggar, kota ini menjadi kota yang sakit yang kelebihan beban. sehingga yang menjadi korban warganya.
Saya bagian dari yang complain juga terhadap situasi. malam minggu susah keluar rumah. Jadi saya keluar rumahnya malam senen. artinya harus ada sesuatu yang di-ini-kan. Kita kan ngga bisa balik ke masa lalu, ya. Yang harus kita siapkan adalah menyiapkan terhadap masalah2 dan peluang di masa depan. Oleh karena itu apa yang tadi saya sampaikan adalah persiapan2: dalam 5 tahun harus ada public transportation yang missal, ada perubahan gaya hidup, dsb. Itu yang saya sebut dengan merespon terhadap peluang yang sedemikian besar.
Karena pertumbuhan ekonomi bandung itu lebih tinggi daripada nasional. pertumbuhan ekonominya 9 persen. Nasional Cuma 6 persen. jadi kecepatannya luar biasa, tapi kotanya ngga berubah. Nah ini merespon itu. Tidak harus selalu modern, ya. Definisi modern itu lebih pada fungsinya. kota itu kan punya 2 hal : satu, fungsinya. Dua, identitas.
Nah fungsinya semua kota di dunia sama: harus ada jalan yang lebar, pedestrian yang nyaman, public transportasi yang massal. kalau identitas, nah ini, ini kota sunda. kesundaan itu akan saya terjemahkan dalam kondisi fisik maupun juga festival dan hal2 yang non fisik. sehingga kalau datang ke bandung -- mimpi saya dalam 5 tahun-- kotanya berfungsi, sehat, dan kalau dilihat oh…ini bandung pisan, sunda pisan dan sebagainya…

LORI:
Bagaimana dari anda untuk mengendalikan laju warga Jakarta yang berwisata ke Bandung?

RIDWAN KAMIL:
tidak hanya berdampingan hidup dengan pepohonan, tetapi juga hewan yang tinggal di dalamnya
Saya justru tidak mau mengehentikan, yang saya mau lakukan adalah mengatur flow turis maupun warga Jakarta yang ke Bandung. Contohnya tadi, saya akan menyediakan 2 hal, contohnya bis wisata. Karena hasil survey menunjukkan rute turis itu-itu aja. Jadi buat aja rute turis dengan bis wisata . Bis wisatanya dibikin gaul, dibikin nyaman, sehingga orang memang mau nongkrong di bis itu sambil menikmati kota. Kedua, bike sharing sudah dilakukan. Jadi ada halte-halte sepeda di setiap hotel di pinggiran jalan yang ramai, dst….Sehingga turis yang datang kan ingin enjoy menikmati -- ya pilihannya mau naik sepeda atau naik bis gratis misalkan. Nah mudah-mudahan dengan begitu warga Jakarta yang ke Bandung mobilnya parkir saja di hotel. Bergeraknya dengan fasilitas yang disediakan oleh pemerintah kota Bandung. Feeling saya bisa mengurangi beban lalu lintas

LORI:
Memangnya masih ada, ya space di bandung ini yang masih bisa digunakan?

RIDWAN KAMIL:
Pertama, taman2 yang terbengkalai, kita akan kelola oleh masyarakat. Nanti akan ada launching 1 taman, 1 komunitas. Sudah ada…taman fotografi, taman music, taman buku dan macam-macam, ya. Sehingga akan ada wisata taman yang selama ini tidak ada. Yang kedua,….pada saat tidak ada tanah yang bisa dibeli kita akan beli bangunan yang sudah kita lakukan di kampong di kopo, ya. Dengan dana CSR yang diberikan perusahaan, kita mau membuat taman bermain untuk si kampong itu ternyata ngga ada tanahnya. Akhirnya kita beli rumah yang dijual. Rumahnya dibongkar dikembalikan lagi. Jadi saat tidak ada tanah kita beli bangunan yang kemudian dikonversi menjadi ruang hijau. Sudah ada dan menjadi preseden baik untuk di masa depan. Plus saya punya gagasan seriap bangunan yang diijinkan dibangun di bandung….di atasnya harus ada taman. Jadi kalau ada 1000 bangunan, ada 1000 taman baru

LORI:
Itu konsep yang tidak mudah lho, pak

RIDWAN KAMIL:
Kan saya punya kewenangan kalau nanti menjadi walikota, membuat aturan. Mau membangun silahkan. Ikuti persyaratan khusus kota Bandung. karena kota bandung kan makin panas…untuk mendinginkan kota bandung sederhana: perbanyak pohon. 

LORI:
Anda akan memberikan sanksi apabila ada yang tidak mengikuti?

RIDWAN KAMIL:
Kan tidak diizinkan IMBnya, sesederhana itu aja. Jadi IMB mau keluar, ya udah penuhi syarat ini. 

LORI:
Bagi yang sudah lama bagaimana?

RIDWAN KAMIL:
Nah itu tadi kita ngga bisa berandai-andai dengan bangunan yang sudah terbangun. Yang sudah terbangun hanya dihimbau: Tolong sekian persen dari atapnya dikonversi sebagai taman. Tapi bagi yang baru kan masih bisa diutak atik karena masih dalam proses perancangan. Ini kan di atasnya juga taman. …jadi itu revolusi hijau, ya dari segi aturan. Jadi innovation by policy, gitu


Thursday, July 11, 2013

360: KRISIS AIR

Antara senang, bangga, tidak percaya, kaget...semua berampur jadi satu saat mengetahui liputan 360 berjudul “Krisis Air” meraih penghargaan MH Thamrin PWI Jakarta. Bukannya tidak pernah berharap liputan itu akan menang (setiap orang pasti berharap karyanya jadi yang terbaik, khan...). Tapi kalau mengingat berbagai kesulitan yang menyertai liputan ini, rasanya jadi pengen terharu (T_T).

Idenya datang dari produser saya, Indra Marpaung. Dia menanyakan apakah saya pernah membayangkan darimana asalnya air yang saya pakai untuk mandi di hotel-hotel atau cuci tangan di toilet mall-mall. Dan saat dia bilang itu adalah air daur ulang dari semua air yang dipakai pengunjung di mall/ hotel itu, rasanya jijik sekali.... ngga pengen menebak itu air bekas digunakan apa aja oleh orang-orang yang memakainya sebelumnya. Sulit dipercaya, tapi kenyataannya sistem itu adalah sistem terbaik dan terefisien untuk saat ini – dan telah diterapkan di banyak gedung modern di seluruh penjuru dunia.

Daur ulang air di salah satu gedung di Jakarta.

Pertanyaannya adalah mengapa sistem tersebut harus berlaku?

Thursday, June 20, 2013

360: PENJEJAK PUNCAK DUNIA



Salah satu momen puncak yang mereka abadikan...(tapi ini pas di gunung apa, ya?)

Mengerjakan liputan ini bagaikan nostalgia bagi saya. Setelah satu tahun tidak berjumpa dengan para pendaki Wanadri  -- baik dengan para pendaki senior, maupun juga para pendaki 7 summits – saya berkesempatan untuk meliput mereka kembali. 

Bertemu dengan mereka hari itu, di Bandung, mengingatkan saya kembali pada perjalanan kami di Himalaya, Mei 2012 lalu. Saat itu, saya dan Anton (cameraman) meliput upaya pendakian mereka di Everest. Para pendaki terbagi dalam 2 tim, yaitu tim Utara (berangkat dari Tibet, China) dan tim selatan (berangkat dari Nepal). Meskipun dalam misi tahun itu tim selatan gagal (Ardhesir dan Fajri), namun tim utara (Huda dan Kwecheng) berhasil untuk mencapai puncak dan mengibarkan bendera pada pukul 07.49 menurut waktu Tibet, China

Tahun ini, saya kembali bertemu untuk mengucapkan selamat kepada 2 pendaki yang kembali berhasil mencapai Everest pada 24 Mei lalu, melengkapi rangkaian pendakian 7 gunung tertinggi dunia yang mereka daki. Kali ini Martin dan Fajri yang berhasil melakukannya

Bertemu dengan para pendaki seven summit dan pembina mereka (Remi Tjahari dan Dedi Setiadi), jujur saja, membuat saya merindukan Himalaya. Jika para pendaki ini merindukan puncak2nya, maka saya merindukan suasana kekeluargaan dan warga desa-desa di pegunungan itu.

Wednesday, June 12, 2013

360: THE JUPITER

Mereka menamakan diri sebagai Jupiter. Dari mana asal nama itu? Seseorang pernah membisikkan pada saya, mengaku “Jupiter” bukanlah istilah yang muluk-muluk -- hanya berupa singkatan dari “Juru terbang PInTER” (come on...it can’t be that simple...:D). Akhirnya nama Jupiter menjadi semacam panggilan bagi para penerbang yang mengajar di Lanud Adi Sucipto.

aksi Jupiter di angkasa

Hati saya tergetar melihat aksi mereka di langit bandara Adi Sucipto, Yogyakarta. Enam buah pesawat propeler beraksi dengan berbagai formasi, rata-rata dengan jarak yang sangat dekat – hanya selisih 4 meter antara pesawat 1 dengan yang lainnya.

Formasi rumit, berbahaya, namun indah memukau mata itu, bukannya disiapkan dalam waktu singkat. Setidaknya membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkan atraksi tersebut. Terlebih jelang penampilan mereka di Langkawi, Malaysia, atraksi yang disebut aerobatik itu dilatih hampir setiap hari.

apakah anda melihat tanda-tanda kelelahan???

Selama beberapa hari mendalami tentang Jupiter, membuat saya tertawa di dalam hati – karena melihat hal-hal kontradiktif yang terjadi.

Sunday, May 5, 2013

Jakarta dan Amsterdam, Serupa tapi ‘tak Sama

Ada apa sebenarnya antara Jakarta dan Amsterdam? Percaya atau tidak, ternyata dua kota yang terpisah sejauh 11.377 km ini memiliki banyak persamaan, lho… Tapi entah mengapa, hasilnya jauh berbeda…

Sama-sama di Bawah Permukaan Laut

“Tuhan menciptakan seluruh muka bumi kecuali Belanda. Karena Belanda diciptakan oleh orang Belanda sendiri” – Pepatah Belanda


Fakta bahwa Jakarta dan Amsterdam lebih rendah posisinya dari permukaan laut dianggap sebagai ‘kenyataan pahit’, terutama saat musim hujan ataupun kala air laut pasang/ rob terjadi. 
Makanya, jangan heran saat melihat parahnya banjir yang melanda Jakarta di awal tahun ini...



Banjir Jakarta 27 Januari 2013. Tidak ada kawasan yang luput…termasuk pusat kota Jakarta, Bundaran HI
Bagaimanapun juga, muncul pertanyaan di benak saya, 

“Mengapa hal ini ngga terjadi di Amsterdam, ya?”


Wednesday, April 17, 2013

360: PEMBUNUH SENYAP

Tidak banyak testimoni saya mengenai penggarapan topik “Pembunuh Senyap”, yang tidak lain adalah penyakit jantung dan stroke. Mungkin dua kata bisa mewakili perasaan tim kami yang menggarapnya: terkejut dan ketakutan. Mengapa? Karena pola hidup wartawan sangat memungkinkan kami menjadi korban selanjutnya dari 2 penyakit ini – doyan kerja lebur, kurang olahraga, makan ngga teratur, doyan ngemil yang berpengawet, dan.....rokok. Menggarap topik ini, terutama di proses transkrip dan editing, membuat hati rada ngga tenang, hehehehe....

Mungkin perasaan kami mewakili banyak orang di negeri yang masih rendah kesadarannya akan pola hidup sehat. Menurut dokter jantung, stroke, dan psikoloh yang menjadi narasumber dalam topik ini, masyarakat Indonesia kesadaran sehatnya itu baru muncul kalau sudah sakit. Jadi kalau belum jatuh sakit, terhitung kategori “baik2 saja”. Itu juga mungkin yang jadi penyebab banyak orang di masyarakat kita yang belum sadar pentingnya punya asuransi kesehatan...

Well..yahh...semoga beberapa potong wawancara kami dengan salah satu narasumber – Dr. Idris Idham, spesialis jantung di Harapan Kita – menimbulkan kesadaran kita bahwa memang lebih baik mencegah daripada mengobati....:)

360: ANAK DAN TEHNOLOGI


Gavin -- salah satu anak yang saya kenal -- sangat akrab dengan gadget

Penggarapan ide “Anak dan Tehnologi” muncul dari produser saya di acara 360. Jujur saja, awalnya ngga terlalu tertarik. Memangnya ada apa dengan anak2 yang sekarang bisa mengoperasikan smartphone dan buka internet? Toh...anak2 sekarang emang generasi gadget – mereka melek tehnologi. (Jadi ingat klo dulu pas masih kecil, saya masih main masak2an, barbie, atau ‘olahraga’ lapangan seperti main lompat karet dan benteng...)

Tapi saat fokus topik ini dibawa ke ranah narkoba dan pornografi...jujur...kaget banget. Betapa anak2 sudah dirusak dengan penyalahgunaan fasilitas internet. Sebelumnya, saya ngga pernah membayangkan anak2 mengenal transaksi narkoba via internet...dan ngga pernah terpikir bahwa pengetahuan seks anak SD sudah sangat update ‘berkat’ internet. Pertanyaannya, siapa yang memberitahu mereka tentang keberadaan situs2 tersebut?

Awalnya orang tua membekali blackberry atau smartphone ke anak2 mereka untuk memudahkan komunikasi, tanya PR ke teman, minta antar-jemput sekolah, dll. Fenomena model gini emang lebih banyak terjadi di kota2 besar sihhh...orang tuanya pada sibuk semua....Siapa yang sangka kalau fasilitas BBM, chat, dan sejenisnya digunakan untuk dagang narkoba??!! Dan cara yang sama digunakan untuk broadcast video porno?

360: MR. CRACK DARI TIMUR

Sebelumnya tidak terpikir oleh saya untuk membuat liputan semacam ‘biografi’ Habibie – presiden ketiga RI. Namun saat mengerjakan acara 360 dengan topik “Dirgantara Anak Negeri”, nama Habibie muncul disana. Pencapaian industri dirgantara di negeri ini – yang pernah berkibar di era 1980-1990an -- mau tidak mau akan terhubung pada dirinya.

Sayangnya (atau untungnya), hingga last minute penggarapan topik “Dirgantara Anak Negeri “ memasuki proses editing, wawancara dengan Habibie tidak kunjung saya dapatkan. Dia memang sangat sibuk bahkan sempat sakit, sehingga jadwal wawancara yang sudah disepakati sempat batal. Akhirnya, alur cerita topik tersebut sedikit diubah. Narasumber diganti dengan anak Habibie – Ilham Habibie yang kini merintis Regio Aviasi Industry (RAI).

Wawancara dengan Habibie akhirnya tidak dipikirkan lagi – hingga telpon dari ajudan habibie datang. Habibie menyatakan bersedia di wawancara 1 minggu kemudian...

Antara senang, bingung, dan deg2an. Senang, karena akhirnya mendapatkan kesempatan langka itu. Bingung, karena topik yang kami maksud sudah finish dan siap untuk ditayangkan. Deg2an? Itu lebih karena faktor merasa khawatir, cemas, meragukan kemampuan diri, dll....kurang beralasan memang...hehehehe...



film Habibie & Ainun yang menguras air mata penonton...

Tapi – harus diakui – saat mendengar nama “Habibie”, anak2 muda saat ini tidak akan langsung menghubungkannya dengan industri pesawat ataupun posisinya sebagai presiden di awal era reformasi. Mereka hanya mengenal Habibie melalui kisah cinta di film Habibie Ainun...ngga lebih dari itu – entah karena faktor kisah yang menyentuh, atau karena  Reza Rahardian dan Bunga Citra Lestari sebagai tokoh di film itu yang emang kece2=D....

Akhirnya saya bertekad untuk mem pelajarinya dengan seksama. Apa yang membuat Habibie kembali ke Indonesia? Apa yang menyebabkan ia optimis untuk mengubah indonesia yang berjulukan negara agraris, menjadi negara yang menghasilkan produk high tech seperti pesawat terbang? Bagaimana dengan istilah “habibie anak emas Soeharto”? Bagaimana perasaannya saat IPTN terpaksa ditutup saat krisis moneter? Apa yang dia lakukan selama menjadi presiden ! tahun 5 bulan? Apa mimpinya selanjutnya?


Tuesday, January 1, 2013

Resolusi 2013: Belajar dari Koleksi Sepatu

Aku sedang membersihkan sepatu2ku dengan cairan khusus untuk kulit imitasi, saat menyadari ternyata koleksi sepatu dan high heels ku lumayan banyak juga....setidaknya sudah terlalu banyak untuk 3 rak sepatu yang dipakai untuk menampung sepatuku dan adikku. Sebagian sepatu dan high heels sudah berdebu. Nyata banget cuma jadi pajangan dan jarang dipake. Bahkan ada yang kulit imitasinya sudah terkelupas, karena terlalu lama disimpan di kotak.

Yang paling naas adalah aku masih menyimpan sendal mango hitam yang aku beli sekitar 5 tahun yang lalu, yang nyatanya ngga terpakai dalam 3 tahun terakhir karena pengait gelang kakinya yang putus. Entah apa yang membuat aku tetap setia menyimpannya disana...entah karena modelnya yang terlalu etnik, atau karena dibeliin kakak, atau karena kenangan ketemu sama gebetan pas mau ngebeli...yang jelas, terkadang cewe2 memiliki alasan irasional untuk menyimpan benda yang sudah tidak terpakai lagi:/... Seingatku, aku berjanji akan membawanya ke tukang reparasi sepatu, tapi nyatanya ngga pernah terjadi hingga detik ini.

Bukan cuma sendal, tapi juga ada sepatu wedges anyaman warna warni yang dulu jadi sepatu favoritku. Sekarang itu sepatu warnanya dah buluk banget...ngga sedap dipandang. Tapi entah kenapa, ngga tega buat dibuang...

Bukankah terkadang hidup juga demikian??? Dalam ruang2 hati kita, masih tersimpan banyak kenangan yang terkadang sulit kita lepaskan meskipun hal tersebut tidak berguna lagi. Bukan hanya tidak berguna, tetapi mungkin justru menghalangi hal lain (yang lebih baik) untuk masuk dan terjadi dalam hidup kita...sebab 'ruang' hati kita terbatas....dan kita memilih menggunakannya untuk menyimpan 'barang' lama, ketimbang untuk diisi perbendaharaan baru.

Apa saja hal tersebut? Bisa jadi rasa kehilangan orang2 terdekat, sakit hati karena diperlakukan tidak adil, hal2 yang memalukan/aib, bahkan hubungan yang gagal di masa lalu. Terkadang kita menyimpannya untuk memastikan betapa menderitanya kita, atau justru sengaja hanya mengingat bagian kenangan manis dan melupakan akhir buruknya...tetapi itu adalah bagian dari penyangkalan...yang menunjukkan kita tidak bisa menerima kenyataan pahit. Dan selama hal tersebut terus dipertahankan, maka kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu yang baru...

Di tahun baru ini banyak orang mencanangkan resolusi untuk setahun ke depan. Menurutku itu bagus...dan aku pun melakukannya. Dan saat aku membuat resolusi, selalu penuh dengan harapan...dan harapan itu tidak pernah lebih menurun, tetapi selalu lebih baik....karena aku percaya bahwa Tuhan selalu menyediakan rancangan masa depan yang membawa damai sejahtera dan penuh harapan (Yeremia 29:11). Tapi untuk memperolehnya, tentunya harus ada cukup ruang untuk 'menampung' harapan2 yang akan diwujudkan di dunia nyata tersebut. Dan itu ngga akan terjadi jika kita justru menggunakannya untuk mengingat segala rasa sakit, sulit menerima, gagal, amarah, dsb... Hanya akan menjadi orang yang hidup dalam kenangan masa lalu..

Mari mengharapkan hal2 baru...pekerjaan baru (mungkin...uppss...ini bukan #kode ;p ), kesempatan2 baru, hubungan yang baru, bahkan barang2 yang baru...(kenapa tidak..!!.) dan berharaplah Tuhan campur tangan dalam semuanya untuk membuatnya menjadi baik...

Jadi setelah mempertimbangkannya, aku akhirnya membuang sekitar 3 pasang sepatu dan 2 pasang sendal... Rak sepatuku sekarang agak 'lapang'....berharap segera ada barang baru untuk mengisinya...;)

Selamat menempuh 2013, guyz....

Salam,
Lori