Thursday, June 20, 2013

360: PENJEJAK PUNCAK DUNIA



Salah satu momen puncak yang mereka abadikan...(tapi ini pas di gunung apa, ya?)

Mengerjakan liputan ini bagaikan nostalgia bagi saya. Setelah satu tahun tidak berjumpa dengan para pendaki Wanadri  -- baik dengan para pendaki senior, maupun juga para pendaki 7 summits – saya berkesempatan untuk meliput mereka kembali. 

Bertemu dengan mereka hari itu, di Bandung, mengingatkan saya kembali pada perjalanan kami di Himalaya, Mei 2012 lalu. Saat itu, saya dan Anton (cameraman) meliput upaya pendakian mereka di Everest. Para pendaki terbagi dalam 2 tim, yaitu tim Utara (berangkat dari Tibet, China) dan tim selatan (berangkat dari Nepal). Meskipun dalam misi tahun itu tim selatan gagal (Ardhesir dan Fajri), namun tim utara (Huda dan Kwecheng) berhasil untuk mencapai puncak dan mengibarkan bendera pada pukul 07.49 menurut waktu Tibet, China

Tahun ini, saya kembali bertemu untuk mengucapkan selamat kepada 2 pendaki yang kembali berhasil mencapai Everest pada 24 Mei lalu, melengkapi rangkaian pendakian 7 gunung tertinggi dunia yang mereka daki. Kali ini Martin dan Fajri yang berhasil melakukannya

Bertemu dengan para pendaki seven summit dan pembina mereka (Remi Tjahari dan Dedi Setiadi), jujur saja, membuat saya merindukan Himalaya. Jika para pendaki ini merindukan puncak2nya, maka saya merindukan suasana kekeluargaan dan warga desa-desa di pegunungan itu.


Kang Dedi, saya, Kang Remi. Bernostalgia lagi saat taping di Bandung

Bagaimanapun juga, saya mengangkat topi untuk para pendaki ini – tua maupun muda – untuk beberapa hal yang tidak dapat dijabarkan satu per satu. Mungkin gunung-gunung akan selalu menjadi ambisi para pendaki. Meskipun begitu, mereka mengakui bahwa nilai dan pelajaran justru diperoleh dari proses saat mereka mendaki. Semua itu nyata dalam upaya pendakian mereka selama 2 tahun, untuk menjajaki Cartensz Pyramid, Kilimanjaro, Elbrus, Denali, Aconcagua, Vinson Massif, dan Everest. Saya salut dengan keputusan Huda dan Kwecheng untuk turun dari pendakian – saat merasa sakit -- ketika puncak Elbruz tinggal 100 meter lagi. Saya salut dengan keputusan Ardhesir meninggalkan puncak Denali yang 200 meter di depan mata, untuk mengantarkan temannya yang tidak diijinkan guide melanjutkan perjalanan. Saya salut dengan Fajri, yang masih bisa memikirkan orang lain dan berbagi tabung oksigen di ketinggian 8000 meter, ketika di Everest. Saya salut dengan Martin, yang dengan berani mencapai puncak Everest dan turun hingga ke camp 2 hanya dengan sebelah mata karena terkena snow blind.

Sebagian pengalaman saya di Himalaya kala itu lebih banyak dihabiskan dengan para pendaki tua yang menyambangi mereka di ketinggian 5300 meter. Semua kisah itu telah saya tuangkan dalam Buku Harian saya yang tertulis dalam blog ini (dapat di cek di tulisan bulan Juni-Juli 2012....liat donk pilihan di sebelah kanan itu...--> )
Dan berdasarkan alasan-alasan di atas (duhh…kayak surat proposal), saya tertarik untuk membuat behind the scene pendakian mereka selama 2 tahun menuju Everest, the highest peak in the world…
Sayangnya, wawancara saya dengan mereka sangatlah paaannnjjjjjaaannnnggg……. Inilah sebagian dari hasil wawancara saya:). Dan mohon maaf tidak bisa menayangkan wawancara dengan para pendaki tua, karena keterbatasan penulis=p....selamat membaca......^^

Huda, Ardhesir, saya, Kwecheng, Martin. saat taping di Bandung

Lori Siregar
Ardhesir, bisa diceritakan apa sebenarnya yang membuat kamu punya ide untuk melakukan ekspedisi seven summits?

Ardhesir
Karena 1 minggu sebelum ketua suku menawarkan saya untuk ekspedisi, ada cerita di belakang layar untuk ekspedisi 7 summits ini – ekspedisi es…sorry. 
seminggu sebelum itu, saya kebetulan bermain di sekretariatnya kita. kita punya ruang logistic. di ruang logistic itu segala macam barang dari tahun 80-an, 60-an sampe sekarang itu ada. Saya melihat yang  muda2 itu di tahun 2009 akhir -- Huda masih anggota muda di wanadri, dia belum bernomor pokok penuh. Fajri dan Huda itu lagi bersih2in crampon. Crampon itu alat yang digunakan untuk pendakian es. 

Trus saya tanya,
"emang mau kemana pada bersih2 crampon?"
"mau disewain…"
saya miris gitu, ya.

Kemudian mulai susun proposal – masih sendirian pada waktu itu. Proposalnya bikin hitung2an kasar, destinasinya masih ke Elbruz dan Kilimanjaro, karena saya piker itu yang mungkin untuk bawa orang2 baru seperti saya -- yang belum punya pengalaman mendaki gunung es dan tinggi. Cuma Kilimanjaro atau Elbruz – salah satunya aja – biayanya saya hitung2 sekitar 600 jutaan, saya bisa bawa 5 orang, sehingga wanadri punya generasi es yang baru. 

Tapi pada saat 3 hari kemudian, saya datang ke ketua suku wanadri dengan PR mendetailkan proposal ekspedisi Elbruz dan Kilimanjaro, saya datang dengan 3 proposal. Satu, proposal Kilimanjaro saya kasi. Kemudian proposal Elbruz saya kasi. Trus kemudian saya masukin proposal ekspedisi 7 summits. Dan dia langsung,
"whaaa….ini apa2an?!!"
" Ini 7 puncak tertinggi di 7 benua."
"Berapa biayanya?"
" 12M."
" loe gila, ya…"
"bisaaaa…"

Lori Siregar
Dan kenapa sampai terpikir untuk melakukan ekspedisi seven summits?

Ardhesir
jadi sebenarnya waktu saya mencoba mencari data, untuk melengkapi proposal Elbruz dan Kilimanjaro itu lah, kemudian keluar list 7 summits dan kemudian saya lihat dan kemudian jadi tahu kita ngga punya 7 summiters. kita tau 1 dari 7 gunung itu ada di Indonesia. kita ngga punya pendaki yang sudah menyelesaikan ketujuh2nya. Singapore yang ngga punya gunung aja punya 7 summiters. jadi betapa sedihnya.

Dan kemudian ini ternyata jadi isu yang perlu kita angkat -- agar orang lebih peduli pada keasrian alam, kelestarian alam. bahwa semua orang harus mengadakan penanaman pohon sekarang. 1 pohon besar itu bisa untuk menghidupi 2 orang. apakah kita sudah menanam pohon? Kira2 begitu. 

Lori Siregar
apa makna seven summit bagi kamu?

Martin
Makna seven summit bagi saya sebuah mimpi, awalnya saya engga kepikiran untuk bisa jalan seven summit.

Kwecheng
Buat saya semuanya berkesan. dan buat saya semuanya punya pembelajaran yang berbeda-beda. Dan Everest adalah pembelajaran yang paling komplit. artinya disitu secara emosional, secara religious meskipun kita dibawa ke religinya budha, tapi pada prinsip hidupnya sama. kita dihadapkan Everest dengan prinsip2 hidup..

Lori Siregar
terlibat dalam expedisi seven summit, memberitahukannya mungkin kepada teman-teman karabat, apa pendapat mereka ?

Martin
Banyak pendapat mereka ya kebanyakan setuju untuk, ya udah kamu jalan. Begitupun ada yang kontra dengan saya.

Huda
Nah ini karena sudah hamper selesai ini, kalau saya memutuskan untuk mengikuti ekspedisi ini, ini, jelas kuliahnya harus ditinggalkan karena saya mau focus disini. 
Dan ini yang sedikit memberatkan ke keluarga

Lori Siregar
Sedikit memberatkan?

Huda
Sedikit memberatkan…hehehehe

Lori Siregar
Yakin Cuma sedikit?

Huda
Sedikit itu sampe nangis….pasti orang tua kan. Saya kan dari tangerang, besar itu di tangerang sampai SMA -- saya kan datang ke bandung untuk kuliah. Dan ini, saat sudah hamper selesai 1 tahun lagi saya kuliahnya, ini harus ditinggalkan. Nah itu saya bisa merasakan apa yang dipikirkan orang tua saya waktu itu. Itu memang pasti keberatan. 
tapi saya yakin kalau misalnya ada sesuatu yang bisa saya tunjukkan ke orang tua -- bahwa ini bukan Cuma main2, ini bukan hanya pendakian. Ini misi bangsa Indonesia.

Ardhesir
Saya waktu itu sudah naik ke puncak tertinggi di eropa – puncak Elbruz – gunung ketiga. Selesai pendakian, saya pulang ke aceh. kita ngobrol2 lah – ibu dan anak – dalam perjalanan. Saya nyetir. Ibu saya bilang – tiba2 dia nyinggung soal 7 summits -- dan dia bilang
“dulu umi ngga ngerti kenapa Dhesir memilih jalan yang kayak gini. Tapi sekarang umi sudah mulai ngerti, Dhesir ngga perlu jelasin lagi. Tapi jangan pernah Dhesir minta umi bangga, karena umi ngga sedikit pun bangga dengan yang Dhesir lakukan.” …
disitu saya nge down se-down2nya..
tapi kemudian Lori tau, waktu saya memutuskan untuk turun di Denali, yang menjemput saya di Jakarta itu ibu saya. Dan dia bilang,
“Umi bangga sama Dhesir”. Jadi saya dapat bangganya ibu itu dari Denali

Lori Siregar
Pernah gak ada keinginan untuk berhenti di tengah jalan ?

Martin
Sebenarnya keinginan berhenti di tengah jalan tuh sudah ada waktu mendaki cartens 

Lori Siregar
Padahal kalo ga salah cartens yang pertama . 

Martin
Iya, pertama.

Lori Siregar
Pertama sudah mao berhenti . 

Martin
Ya....itu, tapi ya saya masih punya hutang kedepan lah  kaya gimana .

Lori Siregar
Dan kemudian disaat mendaki everest titik mana yang tersulit?

Kwecheng
pada saat saya aklimatissi ke camp 1 di 7000m, 2 malam disana, saya turun -- saya kena asam lambung…sakit. Satu hari rest pertama saya diam. Tapi pas malamnya saya bilang sama Huda 
"da, kalau sakit saya ngga sembuh-sembuh dalam 3 hari, loe siap ya naik sendiri. ", Saya bilang gitu. 
"Wahh..jangan ngomong gitu, mang. Pokoknya usaha"
"iya, gue usaha. Siapa yang ngga pengen?! Orang Indonesia yang pengen ke Everest itu jutaan. Nah gue pasti berusaha donk buat sembuh. Tenang aja…gue juga berusaha untuk sembuh."
 Hari pertama…hari kedua…dipaksa, khan. makanan sudah mulai bosan. apalagi si Huda nih. Begitu keluar…pizza…anjrit..mending paehan aja gua. Mending bunuh aja gua. Sama aja kayak mau bunuh gua, kasi pizza…

Lori Siregar
Hahaha…

Kwecheng
Udah, kan..diem aja. Bawa kan, sebagai menu2 sakti dari Indonesia. Keluarin tuh rendang, teri…dipanasin sama saya, baru makan lagi. saya juga makan bagus, mulai pulih, mulai sehat, jalan2. Hari ke empat pada saat briefing Everest, alhamdulilah saya sudah mulai fit lagi. Saya bilang sama Huda,
"Aman.... kita bareng”

Fajri
Yang lebih saya rasaka untuk pendakian tahun 2013 ini…sarat emosional, ya. Karena saya harus meninggalkan keluarga, meninggalkan istri yang sedang hamil…itu cukup berpengaruh juga. Banyak kekhawatiran waktu di Everest sana

Martin
Titik yang tersulit sebenernya melawan emosi waktu everest karna everest salah satu gunung yang di bilang lama pendakian kalo kita ga sabar kalo kita jenuh itu udah hilang semuanya 

Lori Siregar
Oke biasanya untuk gunung-gunung sebelumnya lah itu sebanarnya rentang waktunya berapa lama dan  kemudian kalo everest berapa lama?

Martin
Kalo sebelumnya sih rentang waktu sekitar satu minggu sampai dua minggu gitu. pendakianya kalo everest kemarin hampir 2 bulan 72 hari untuk melakukan pendakian aklimatisasi --naik turun, naik turun.

Huda
Jadi dari gunung pertama, cartenz Pyramid itu Dia ngga terlalu tinggi, jadi secara ketinggian dia ngga ada tantangan disitu. Tapi secara pencapaian, dia paling technical itu di antara 7 gunung lainnya. Paling technical itu artinya kita harus punya skill lain selain berjalan, karena kita harus memanjat disana. ….
sementara untuk Kilimanjaro, Kilimanjaro ini dia cukup soft ya. pendakiannya cukup gentle. Tantangan Kilimanjaro itu ketinggian, karena ketinggiannya sudah 6000m.

Kwecheng
lebih ke emosi

Lori Siregar
Jadi lebih ke emosinya, pelakunya sendiri berarti?

Kwecheng
si Kilimanjaro itu flat. 80 persen lah flat. Datar sampe camp terakhir, tanjakan, lalu datar lagi. Emosi lah yang dimainkan. Jadi orang tuh dah pengen cepet2, karena sudah keliatan puncaknya

Lori Siregar
Tapi ngga nyampe2

Kwecheng
nah itu yang menjebak. Jadi jalan cepet2. makanya begitu bener sampe, pasti rata2 sujud…headache

Huda
Hahaha….pusing maksudnya Pusing…

Untuk Elbruz, itu tantangan pertama yang hamper seluruh medannya itu salju. Seluruh pendakiannya salju. Itu adalah medan pertama kita lah yang seluruh bagiannya bersalju. 
Trus selanjutnya Aconkagua lebih ekstrim lagi. dia tantangannya yang paling besar adalah ketinggian dan cuaca. ketinggiannya 6900 m. jadi ini adalah gunung tertinggi di luar pegunungan Himalaya. Saya pun harus mendaki 2 kali. saya dan kwecheng ini harus 2 kali karena di pendakian pertama -- pada ketinggian 6800 m -- saya sudah terkena penyakit ketinggian yang cukup parah, sehingga harus turun, meskipun tinggal 100 m lagi…

Lori Siregar
Apa yang kamu rasakan? Bagaimana wujud penyakit ketinggiannya?

Huda
Penyakit ketinggiannya itu saya bahkan sampai sekarang tidak dapat mengingat seluruh kejadian2 yang ada di atas. jadi ngga seluruhnya saya ingat. jadi ada memori2 yang blank…jadi sudah hamper sadar, tidak sadar. Jadi antara di pertengahan lah. Jadi meskipun tinggal 100m lagi, sampai sekarang saya dan kang kwecheng tidak menyesali keputusan itu. karena kita harus tau batas diri kita lah. Kita ngga bisa memaksakan. makanya kalau hanya untuk mencapai puncak, mungkin bisa. tapi goalsnya kan kembali ke bawah dengan selamat

Kwecheng
Dengan teman2 juga

Huda
Dengan teman2 juga

Lori Siregar
Bukan cuma kembali seorang diri dengan selamat, haha…

Huda
Yess…itu aconkagua. Cukup berkesan juga bagi saya. 
Trus denali, denali ini paling ekstrim temperaturnya. Kita dapat sampai -50 derajat.

Lori Siregar
Hah?!

Huda
Sangat ekstrim untuk ke dinginnya. Trus sangat adventure lah. Kita ngga ada porter. Jadinya barang bawaan kita yang berkilo2 itu harus kita bawa sendiri. Itu sebenarnya ngga terlalu panjang, tetapi system pendakiannya sendiri yang membuat itu jadi panjang. 
Dan yang saya ingat dari Denali itu, itu kalau kita mau tidur kita membawa 1 botol air dimasukkan ke dalam sleeping bag. Itu kan tujuannya supaya pagi2 kita bangun bisa minum itu ngga beku. Tapi kalau di Denali ini, air yang ada di dalam sleeping bag pun masih beku, hahahaha

Lori Siregar
Hahaha!

Huda
Jadi bener2 sangat ekstrim cuacanya.

Lori Siregar
Bener..bener…ok

Huda
Kalau vinson massif dia tantangannya cuaca. Karena antartika sendiri cuacanya sangat keras. Tapi alhamdulilah saat kita kemarin kesana kita ngga mengalami masalah dengan yang namanya cuaca. Tapi biasanya tantangan terbesar untuk di antartika itu adalah cuaca… 
sementara untuk Everest, kayaknya semua kesulitan yang saya sebutkan tadi, itu semuanya ada di Everest

Lori Siregar
Hahaha!

Huda
Berkumpul semua kesulitannya di Everest

Lori Siregar
Memang cocok untuk jadi yang paling akhir

Huda
Memang cocok ditaruh paling akhir, kaena bagi saya itu yang paling sulit Everest itu

Lori Siregar
Ok…. dalam perjalanan yang panjang kurang lebih 2 bulan, kalian melewati banyak sekali jalan dan pastinya ada menemukan jenazah2 pendaki yang tidak berhasil untuk mencapai Everest., apa yang terlintas pada saat itu?

Kwecheng
Jam 11 malam, jadi kita masih belum terlihat. Tapi pas begitu cahaya muncul, terlihat jenazah, yang di benak saya…bukan…bukan apa, ya….jadi pertama, 
"gue nyampe ngga? Setelah nyampe, gue balik lagi ngga nih ke rumah?"
Karena di sebelah gitu.. Cuma di awal saya sudah dapat warning dari guide,
"Kwecheng hurry up go..go…kalau kamu lama2 disitu setelah jalan"
"kenapa saya harus jalan?"
"kalau kamu lama2 disitu itu, akan berpengaruh buruk ....bad luck….karena kamu pasti kepikiran terus",,,,, hehe..

Lori Siregar
Tetapi kang kwecheng sendiri mengakui bahwa banyak hal yang membunuh para pendaki di atas sana adalah ketidaktahuan mereka kapan harus turun?

Kwecheng
Betul…yang tadi…yang tadi…ambisi. Ambisi itu kadang membutakan kita. Kapan saatnya turun, kapan saatnya lanjut. .. kita ngerasa ngga fit, kita harus berani bilang "gua ngga lanjut". Karena begitu kita bilang "lanjut", di atas itu sudah ada tantangan yang lebih tinggi. disini sudah sakit. Begitu ke atas terbayang khan setiap 300 feet atau setiap 100 m itu, oksigen semakin berkurang. .. Nah disitulah kalau ambisi di depan, emosi tadi kita ngga bisa redam…yahhh

Lori Siregar
Habis

Kwecheng
Yah…kayak kemarin di kita itu ada 1 orang yah…eh…2 orang….ada 4 korban, tetapi dengan berbagai latar belakang misi. Ada yang tanpa oksigen klo ngga salah. Ada yang ngotot – 2 orang Italy pada waktu itu. ada orang spanyol yang telat bangun dan hanya bawa oksigen satu maksain naik, begitu turun sudah ngga bisa napas. Ada yang di saat orang lain window summit nya sudah selesai, dia maksa naik. Akhirnya dia terjebak disitu. Kita juga ngga tau yang ini, apakah meninggal atau ngga, tapi dalam 3 hari kita ngga  mendapatkan berita. 3 hari ngga mendapatkan berita di ketinggian 8000m, kita berasumsi bahwa dia memilih untuk tinggal disana, hehe

Lori Siregar
Hahaha….Tinggal di sana selamanya.

Fajri tahun ini berhasil. Tapi tahun lalu, di ketinggian 7900 menuju 8000, itu sudah tinggal ketinggian 800m lagi untuk sampai ke Everest, dan harus balik. apa sebenarnya yang terjadi disana?

Fajri
Kita dari camp 3 ke camp 4 itu tanggal 19 Mei 2012 dan kita merencanakan pada tanggal 19 malam akan mendaki ke puncak dengan perkiraan pada tanggal 20 pagi akan sampai ke puncak…waktu itu kita punya forecast prakiraan cuaca bahwa angina memang akan sedikit agak besar – 40 km/ jam . tetapi pada saat kita sampai ke camp 4, 19 sore, itu anginnya ternyata lebih besar daripada 40km/ jam. semakin malam semakin besar dan perkiraan sekitar 80 km/ jam. .….dari camp 4 itu bisa melihat kea rah puncak dan kita bias melihat jet stream…diperkirakan itu sekitar 180 km/ jam. Jadi kita putuskan tidak memungkinkan untuk mendaki di angin segitu besar, maka kita..memutuskan untuk turun

Lori Siregar
Apakah terpikir oleh Fajri untuk tetap naik?

Fajri
Kita menunggu dan berharap supaya….kecepatan angin turun, tapi ternyata tidak turun2 juga sementara itu ada kasus lain. Di sebelah tenda kita itu ada tim China yang mencoba ke puncak 1 hari sebelum kita dan mereka mengalami kondisi kritis…satu orang meninggal di atas dan 3 orang kembali ke camp 4 dalam kondisi kehabisan oksigen. mereka berteriak2 minta oksigen…disitu juga kita melihat bahwa kita masih punya stok oksigen…lebih baik kita berikan saja ke tim china dan kita turun daripada…mmm..yahh..hahaha

Lori Siregar
Fajri masih sempat berpikir untuk berbagi oksigen di dalam ketinggian di atas 7000m seperti itu?

Fajri
Hanya berpikir gitu aja ya begitu melihat sebelah kita Berteriak2 minta oksigen…tidak berteriak langsung, tetapi melalui sherpanya we need oksigen….dan Sherpa kita bertanya kepada ke guide kita, “mereka butuh oksigen. Bagaimana?”. waktu itu guide kita masih berharap anginnya turun dan kita…masih bias melakukan summit push. Cuma waktu itu saya yang meyakinkan guide nya “our expedition is over. Let’s go down and give our oxygen to them”

Lori Siregar
Apa yang pertama kali dilakukan saat sampai puncak tahun ini? berdoa, nyium batunya apa langsung berdoa atau apa ?

Fajri
saya duduk sebentar gak kepikiran apa – apa saya kasih kamera saya ke serpas saya, saya udah gak bisa ngomong yah waktu itu udah lelah sekali, saya cuma ngasih instruksi ke serpas saya lewat gerakan tangan “take my photo”


Lori Siregar
Sempat disaat ketinggian 8600 kalo tidak salah martin kehilangan penglihatan .

Martin
Iya. Waktu di ketinggian 8600m mata saya hampir kena snow blind yang sebelah kiri, factor utama dari masalah itu adalah dari oksigen, volume oksigen yang begitu kecil. yang kedua masalah dari snow googles, kacamata yang saya tidak gunakan waktu itu .
…ketinggian 7900m camp terakhir -- itu jam 8 malam. saat itu gelap dan langit pun tidak begitu banyak terlihat banyak bintang yang terlihat waktu kita pas jalan. akhirnya saat kita jalan juga saya melihat sekitar, para pendaki lain pun tidak mengunakan kaca mata. ….
entah kenapa waktu terkena, waktu pas dari balcony, sebenarnya itu sudah terasa -- udah sedikit kerasa sebelah kiri sudah tidak bisa melihat. namun pas terkena efek lebih besarnya, waktu di 8800m south point itu, mata kiri saya tidak bisa lihat..

Lori Siregar
Jadi kamu cuma melihat dengan setengah mata.

Martin
Tiga perempat penglihatan saya sudah tidak bisa melihat. seperempat ....saya hanya menggunakan seperempat untuk bisa summit.
setelah pengambilan foto saya segera turun, nah saya turun itu lah saya berfikir, saya harus turun dengan selamat dan saya harus turun sampai bawah .

Lori Siregar
Dan akhirnya kamu martin turun dengan setengah mata saja .

Martin
Setengah mata.

Lori Siregar
Itu sampai ketinggian berapa?

Martin
Itu sampai camp 2, 6100 meter

Lori Siregar
Apa yang mebuat kamu cukup gila untuk bisa sampai sekitar 2000 meter hanya dengan mengandalkan satu titik cahaya yang bisa kami liat.

Martin
Saya ingin hidup, motivasi saya saya ingin hidup. 

Lori Siregar
Dhesir sempat pergi ke Everest kemarin, dan sempat mengalami batuk yang sangat parah, di camp 2 klo ngga salah?

Ardhesir
Ya

Lori Siregar
Dan kemudian akhirnya terpaksa turun…bisa diceritakan?

Ardhesir
. Kita di desa terakhir itu di Gorakshep itu di ketinggian 5100m. disitu sudah mulai batuk2 , sudah mulai meriang, sudah mulai demam. Saya pikir saya masih punya cukup waktu sebelum D-day nya –. Saya berharap masih ada waktu 1-2 hari di base camp sebelum saya mulai mendaki ke puncak.
 Sampe base camp sore, ternyata malam dini hari saat itu, kita harus sudah mulai naik. Dan ternyata saat kita mulai naik, kondisinya itu memburuknya jauh --…ngga bisa saya handle lagi. Jadi batuk yang hitungannya setiap berapa detik. Yang namanya tidur ngga bisa. Yang namanya makan saya mual terus. Karena kita gangguannya…bukan Cuma gangguan di tenggorokan. Jadi yang saya alami kemarin itu lebih yang beratnya itu ke .pendarahan lambungnya yang bikin sangat lemes terus selalu mual segala macam.. yahh….syukurnya masih bisa turun hehe

Lori Siregar
Hehe…masih ada disini

Ardhesir
Ya

Lori Siregar
Ok…tetapi saat gagal di tahun lalu, kenapa Ardhesir tidak mencoba lagi di tahun ini?

Ardhesir
Saat di awal saya ditantang untuk memimpin anak2 muda melakukan ekspedisi di Papua segala macam, karena saya sendiri Ngga punya mimpi untuk menjadi pendaki es segala macam…mungkin orang2 lain ngga tau,  tapi di belakang layar -- kami berangkat ke Everest itu bulan Maret 2012 -- kami baru dapat uang kesana itu 2 minggu sebelum keberangkatan. tapi kami latihan sepanjang bulan itu tanpa tau berangkat atau tidak. jadi kami latihan aja terus. Jadi kalau duitnya cukup untuk 1, Cuma 1 yang diberangkatin. Jangan sampai ngga berangkat.
Tapi kemudian teman2 yang empat ini yang berhasil menyelesaikan. Tanpa mereka, mungkin ekspedisi ini jadi omong kosong belaka. Orang2 inilah yang bisa memperjuangkan mimpi kami bersama sampai dengan selesai

Lori Siregar
Setelah ekspedisi 7 summit ini berakhir jadi apa yang akan dilakukan?

Fajri
Harus menyesuaikan diri lagi ya tapi selain kembali ke kehidupan sehari – hari kerja dari pagi sampai sore. kita juga masih punya misi secara tim jadi masih harus ada ekstra kerja. karena kita ingin kisah perjalanan kita ini bisa bermanfaat buat masyarakat indonesia, kita masih akan menerbitkan buku kemudian kita akan melakukan roadshow ke indonesia ke pemuda – pemuda indonesia, kita juga sedang mempersiapkan film dokumenter yang bisa berguna buat pendaki – pendaki muda di masa yang akan datang

Ardhesir
Setelah ini berakhir? Melanjutkan hidup secara individu2. Karena oke lah kita punya misi bersama kemarin, mendaki puncak tertinggi di 7 benua. Tetapi setelah itu, ini selesai. Kita ngga bisa hidup terus di alam ekspedisi itu. Kita harus kembali ke dunia masyarakat, kita harus bekerja, mungkin cita2 yang lain ada. …setiap orang itu harus punya Everest nya masing2.

Lori Siregar
Ok. Dan untuk Ardhesir sekarang Everest nya adalah?

Ardhesir
…. saya ingin mengembangkan bisnis saya bersama teman2. Everest yang itu nanti saja lah, karena saya yakin ini ngga bisa dikerjakan sambilan. Saya harus meninggalkan semuanya kalau mau kesana. Jadi saya simpan everest yang itu, ngga tau sampai kapan. Tapi saya masih pengen kesana.


Harry, saya, dan Anton. salah satu momen saat kami menunggu para pendaki di Everest base camp

No comments:

Post a Comment