Thursday, May 22, 2014

360: RUMAH BAGI TALANG MAMAK

Bagiku malam ini istimewa. Yang terdengar hanyalah suara jangkrik dan gemercik air sungai. Entah kenapa, malam ini aku ngga takut kalau-kalau ada pacet maupun ular merayap diam-diam di sela-sela baju ganti yang terhampar di tepi sungai. Yang aku nikmati justru dinginnya air sungai Kemumu yang mengalir dangkal, bagaikan bak mandi alam milikku pribadi, dan indahnya langit yang bertaburan bintang-bintang. Aku berusaha mengingat kapan terakhir kali melihat bintang memenuhi langit seperti malam ini….

Bisa mandi di alam terbuka (tepatnya….hutan..!) adalah suatu kemewahan bagiku selama liputan di Semerantihan, Kab. Tebo, Jambi. Bahkan untuk pertama kalinya melihat beberapa bintang bergerak-gerak…bagaikan berusaha menyalip bintang-bintang lainnya yang Nampak berkelip dalam diam. Aku yakin, banyak orang di dunia ini rela membayar mahal untuk bisa mengalami apa yang kunikmati saat ini…
rumah tradisional suku talang mamak

Ini bukanlah pertama kalinya aku masuk hutan. Tapi kali ini, ada yang berbeda. Warga talang mamak – suku pedalaman Jambi yang menjadi obyek liputanku – mengajarkan bagaimana merasa hidup ‘mewah’ di hutan. Dan sesungguhnya, alam memberi kita segala sesuatu yang dibutuhkan, asal kita menggunakannya dengan bersyukur….kala ingin makan daging, dapat bebek atau kancil. Kala ingin manisan, bisa ambil madu. Kala ngga enak badan, ambil obat-obatan dari tanaman hutan. Kala bosan, mancing ikan. Bisa juga main kartu atau nongrong di warung bu guru. Merasakan setiap makanan instan dan kalengan yang dibawa senikmat kaviar, steak, atau shushi pakai salmon. Tanpa facebook, twitter, path, BBM, whatsapp….ternyata aku hidup.

kancil asappp!!!
Harus kuakui, ada kalanya gigitan agas dan tawon kecil menyebalkan. Tapi menghadapi keegoisan manusia lebih menyebalkan (terutama Jakarta..), trust me….

Oh, ya…mengenai topic liputanku: talang mamak…. Masyarakat talang mamak bisa kita golongkan sebagai penganut aliran animisme-dinamisme. Meskipun sebagian mulai mengakui dengan identitas KTP islam/ Kristen, namun kepercayaan nenek moyang masih dipegang teguh. Ngga heran kalau (katanya) sebagian besar warga talang mamak bisa guna-guna – bahkan anak kecil sekalipun…. Tapi berbeda dengan guna-guna yang sering dipraktekkan di kota (identik dengan kecurangan dan ilmu hitam), bagi warga talang mamak, guna-guna tidak mengandung konotasi negative, melainkan hal yang biasa. Sebenarnya itu hal yang agak menakutkan buatku, meskipun (katanya) mereka tidak suka menggunakannya untuk iseng maupun tujuan-tujuan kejahatan.

Suku ini bahkan ada menganggap keramat beberapa hewan. Mereka percaya kalau dulu gajah(datuk gedang) itu adalah manusia, sama seperti kita. Kemudian harimau (datuk belang) memiliki ikatan dengan orang-orang berilmu (dukun) di kalangan mereka. Maka, 2 jenis hewan ini pantang diburu.
patih serunai ritual menggulung kemenyan sebelum mengambil madu di pohon
Apa yang membuat aku kagum adalah cara mereka melestarikan hutan. Hutan bagi mereka adalah rumah. Talang mamak yang tersebar di Riau dan Jambi – dengan populasi sekitar 30.000 jiwa – mendiami hutan seluas (kurang lebih) 200.000 hektar. Bagi mereka, hidup di hutan adalah harga mati – tidak akan rela ditukar meskipun diiming-imingi pekerjaan dan penghidupan yang lebih baik di kota. 

Apakah benar-benar tidak ada satu pun yang rela meninggalkan hutannya? Well…tentu saja ada. sebagian besar adalah talang mamak di Riau. Secara hitung-hitungan ekonomi, kelapa sawit memang Nampak lebih menjanjikan… dan aku pribadi tidak merasa blog ini punya cukup ruang untuk mengomentari hal itu.

Simak wawancara saya dengan pemuka suku talang mamak: Patih Serunai…

LORI
suku talang mamak yang ada di daerah ini sudah tinggal di Jambi berapa lama ya? 

Serunai memanjat pohon sialang
PATIH
dari awal zaman penjajah itu suku talang mamak sudah ada.

LORI
Kurang lebih berarti di era penjajah mana nih?

PATIH
sebelum penjajah Belanda masuk, suku talang mamak sudah ada.

LORI
sebenarnya apa nilai hutan bagi suku talang mamak?

PATIH
kami suka tinggal di dalam hutan, kami itu ngambil sumber alam yang hidup tumbuh2an di dalam hutan, cara hidup kami itu prinsipnya dari dalam hutan. 

LORI
Adakah nilai sacral terhadap hutan sendiri bagi suku talang mamak?

PATIH
hidup di dalam hutan ya banyak jenis pohon itu banyak bisa menjadi solusi kami, yang menjadi obat atau yang menjadi solusi ekonomi kami. Yang bisa digunakan dengan cara penukaran bahan bumi (maksudnya barter), itu ada yang sepertin namanya bibit jernang, seperti itu, gaharu, karet. Yang paling manfaat bagi kami adalah, hasilnya dari bibit jernang. Itu modal kami.
(jernang harganya bisa Rp 2juta/ kg)

hasil hutan: damar
LORI
adakah istilahnya hutan yang dibagi, hutan daerah ini, boleh ditebang, atau boleh dimasuki, yang ini tidak boleh. Ada nggak?
patih
Kalau hutan khusus yang memang tidak boleh dikelola itu memang ada di tempat kami.

LORI
Kenapa tidak boleh?

PATIH
pertama, sangat angker, dan kedua dia itu memang di sisi kebudayaan dia dilindungi masyarakat kami.

LORI
Angkernya apa menurut cerita yang diturunkan oleh nenek moyang?

PATIH
Ya menurut angkernya dari nenek moyang kami, itu kalau seandainya kami hutan, dia angker, kalau itu kita tebas, itu malahan dewa hutannya itu menuntut bagi kita.

LORI
Ada yang pernah mencoba?

PATIH
bersahabat dengan alam..
Ada. Di Kampung Semerantihan itu dinamakan hutan rimba siaga … baru mau merencanakan untuk buka lahan untuk makan, hidup, di situ, baru rencana, dia langsung meninggal. Di hutan rimba siaga, sampai sekarang itu masih ada titik makam pendamnya dia itu aklau tidak salah empat kuburan.

LORI
Sampai sekarang menjadi peringatan?

PATIH
Sampai sekarang menjadi peringatan. Jadi kami waspada, mana hutan yang itu sudah diwariskan dan tidak bisa dibuka dan yang bisa kami buka.

LORI
Ada nggak tanaman-tanaman atau pohon tertentu yang tidak boleh ditebang oleh suku talang mamak?

PATIH
Ya kalau pohon yang terkuat itu dari pengetahuan datuk ninik kami, banyak pohon di hutan yang tidak boleh ditebang.
seperti belian itu tidak bisa ditebang, itu ada kayu tanam apa yang mengandung sengat bahaya dewanya,
kedua pohon sialang itu ada seperti tempat madunya bersarang untuk mengelola hidup kami di situ.
Ketiga seperti pohon duren, ada tanaman datuk ninik kami itu untuk mengelola makan kami,
keempat itu pohon duku, sampai pohon manggis, sampai itu pohon darau, sampai itu pohon rambutan. Jadi itu jenis pohon-pohon yang ada di dalam hutan.
Itu meliputi pohon  sekitar lebih kurang masuk tanaman asal, di hutan … sejenis yang bisa kami makan, hampir itu mengalami 100-200 pohon.

seorang wanita talang mamak yang baru melahirkan
LORI
kalau misalnya makan binatang-binatang dari hutan apakah masih sering dilakukan oleh warga talang mamak?

PATIH
Yaaa kalau makan2 seandainya itu kami untuk bikin, Kami sering cari daging, tapi kami ambil Cuma untuk makan.

LORI
Tidak untuk hal lainnya?

PATIH
Untuk dijual kalau saya sih engga

Bika, warga talang mamak yang membuatkan saya gelang anyaman
LORI
Kenapa?

PATIH
Kami itu sangat sayang dengan hewan. Kalau itu kita ambil dari hutan seperti kancil atau kijang, kita tangkap, kita jual, itu tidak ada manfaatnya bagi kita. Yang ada manfaatnya kita ambil itu untuk makan.

LORI
Bagaimana suku talang mamak selama kurang lebih beberapa ratus tahun ini turun temurun mewariskan pelajaran ini pada generasi?

PATIH
Kami ngga bisa baca tulis. Kami belajar jangan kata … batinnya. Yang bisa mewariskan.

LORI
Melalui diceritakan?

PATIH
Melalui diceritakan. Seperti saya, saya menanggungjawabi warisan dari tuturnya itu beberapa ratus tahun saya bertanggungjawabkan itu di jahir batin saya nerima.

kalau masih di tengah jalan dan sudah kelaparan, makan beralaskan tanah...jadilah...
LORI
Apa pendapat Pak Patih sendiri dengan adanya pendidikan untuk generasi muda terutama untuk anak-anak yang masih kecil-kecil ini yang berusia 5 -12 tahun?

PATIH
 Jadi sekarang itu sudah berapa ratus tahun yang lewat, orang tua nenek moyang kami itu tidak ada. Gerakan di bidang ilmu pengetahuan sama anak-anak. Jadi … anak-anak saya itu hidupnya bisa menjadi seperti mereka yang berteman dengan saya. Bisa menulis dan membaca, bisa ilmunya pengetahuan. Kalau dia diturunkan (untuk memperoleh pendidikan) cuma paling banyak satu dua orang, ngga akan bisa mengelola hutan (suatu hari nanti).

LORI
Kalau Pak Patih sendiri, bisa baca tulis?

PATIH
… saya anggaplah saya tidak ngerti.

LORI
Kalau generasi muda yang kayak pemuda yang usianya sekitar 20 tahun ke atas di talang mamak banyak nggak yang bisa baca tulis?

PATIH
Sudah ada. dari tahun 99. Saya (izinkan) masukkan program pemerintah untuk memberantas buta huruf untuk adik-adik saya

harus siap-siap kayak gini setiap air sungai meluap:(
LORI
Talang mamak kan bukan hanya ada di Jambi, ada yang di Riau juga. Nah itu kan suku talang mamak yang di Riau ada beberapa bagian hutannya yang sudah menjadi kebun kelapa sawit, jadi dijual.. Apa pendapat Pak Patih?

PATIH
Ini makanya saya harus bisa pertahankan hutan. Hutan ini bagi masyarakat banyak budayanya. Di dalam ada hidup di dalam lingkungan hutan itu, dan beberapa jenis hewan hidupnya di dalam hutan, masyarakat kami juga hidupnya di dalam hutan.
Kalau hutan itu kami masukkan dan izinkan itu pemberi penggusuran hutan, hewan kami habis. Dan kami juga mau hidupnya di mana? Mau ke kota kami? Memberantas buta huruf dan tulis baca… jadi akhirnya mati kalau kami tidak bisa pertahankan hutan.
Jadi saya, macam manapun hambatan istilahnya … saya, saya harus memihak saya tindakan hutan saya jangan sampai habis.

LORI
Jadi, menurut pak Patih sendiri talang mamak dan hutan tidak bisa dipisahkan?

PATIH
Tidak bisa dipisahkan.
mobil tenggelam di sungai, tetep happy :)

LORI
Kalau dengan banyaknya orang-orang  yang mulai melirik lingkungan tempat bapak tinggal ini sebagai sasaran untuk menjadi kebun kelapa sawit berikutnya, adakah keresahan?

PATIH
Kalau saya tidak akan terpancing dengan lahan perkebunan sawit, atau perkebunan kayu akasia. Saya tidak akan terpancing, saya tetap pertahankan hutan saya.



No comments:

Post a Comment