Sunday, October 7, 2012

Bahrain: Sirkuit yang Kosong


Aku memang tidak memiliki ketertarikan terhadap dunia balap mobil atau motor, sehingga saat mendengar ide peliputan selanjutnya adalah ke sirkuit grand prix Bahrain, aku hanya memandangnya sekilas lalu. Tapi Yudi dan Timmy terlihat sangat bersemangat. Ok, boys…this is your toy…

Sirkut Bahrain sering juga disebut sirkuit Sakhir, karena terletak di gurun Sakhir -- sebelah tenggara Bahrain. perjalanan menuju ke tempat itu cukup jauh, sekitar 30-45 menit perjalanan darat -- dengan kecepatan tidak kurang dari 110 km/jam. Sirkuit Bahrain adalah satu-satunya sirkuit balap yang ada di Timur Tengah. Resmi berdiri pada tahun 2004, atas ide putra mahkota Bharain, Shaikh Salman bin Hamad Al Khalifa (sungguh memiliki visi…salut..). Kabarnya, Bahrain emang jor-jor an pas ngebangun sirkuit ini.Ngga heran klo sirkuit megah di tengah padang pasir yang awalnya mustahil dapat berdiri dalam hitungan bulan saja! (seingatku pembangunan apartemen di daerah Puri masih dikerjakan, mulai dari pertama kali aku masuk Metro TV hingga hari ini!). Tentunya dengan biaya yang ngga sedikit -- US$ 150 juta (hanya untuk konstruksinya saja!) Bahkan arsiteknya pun langsung ambil dari Jerman, Hermann Tilke -- dia juga lah yang merancang sirkuit Sepang di Malaysia.
Timmy menjadi produser hari ini
Biasanya setiap musim semi -- diperkirakan di awal Maret -- akan berlangsung pertandingan kelas internasional untuk musim pembuka di sirkuit Bahrain. Jadi bisa dipastikan sektor apa saja yang turut diuntungkan dengan hadirnya acara tahunan tersebut -- mulai dari bisnis kaos, cendramata, perhotelan, catering, tempat wisata, hingga penyewaan kendaraan setempat (jangan lupa resto, cafe, tempat pijat, dan mall yang turut diuntungkan karenanya). Bisa kubayangkan,
pusat kota Manama dan daerah pinggir pantai akan dipenuhi para turis, cafĂ©-cafe penuh, mall-mall disesaki wanita-wanita yang berlalu lalang dengan banyak kantong kertas berisi baju dan asesoris. Pastinya menjadi pemasukan yang menggiurkan untuk negara sekecil Bahrain…


entah apa maksud pose ini, ttp aku suka^^
Kembali ke Timmy dan Yudi, mereka ngga henti-hentinya mengagumi megahnya sirkuit tersebut. Dan harus aku akui…sangat megah. Namun nampaknya ketertarikanku kalah dibandingkan bagaimana patner-patner pria ku ini mengaguminya. Apalagi saat panitia setempat mengajak kami untuk mengambil gambar dari dalam mobil yang melaju mengelilingi sirkuit, Yudi nampak mengambil gambar dengan sangat antusias, meskipun di mataku yang awam ini bangunan megah tersebut tak lebih dari sebuah arena balap yang kosong tanpa pengunjung.

 “Lori…kau adalah reporter wanita pertama yang sampai ke sirkuit ini”, kata Yudi mengingatkan betapa beruntungnya aku. Ok, Yud…sayangnya para umbrella-girl  pastinya sudah berkali-kali mendahului aku ke tempat ini…



taping bersama Yudi untuk berita sirkuit Bahrain
Aku tidak tau seberapa besar kompetisi balap di awal tahun ini menyumbangkan dana bagi pendapatan negara Bahrain -- tapi aku yakin jumlahnya pasti sangat besar. Dan lihatlah sekarang akibat dari demonstrasi yang terjadi sejak pertengahan bulan Februari tersebut bagi negara ini…….semua peluang itu hilang. Tidak hanya itu, yang aku tau, setiap minggunya -- terutama di Kamis sore hingga Sabtu siang -- Bahrain selalu ramai oleh kunjungan turis dari negara-negara Teluk (mungkin bisa kita umpamakan seperti Singapura bagi negara-negara di Asia Tenggara). Namun tidak ada keramaian yang kutemukan selama di Baharain -- tidak di kota, tidak pula di pantai atau pasar. Semuanya berubah sejak terjadinya unjuk rasa di Pearl Square…dan masyarakat Bahrain mengaku menyadari adanya perubahan situasi tersebut. Satu kalimat terlintas di pikiranku mengenai hal tersebut,"Ini patut disayangkan…"



No comments:

Post a Comment