Tuesday, August 5, 2014

AKU MAU HIDUP



AKU MAU HIDUP

20.  Coory Elyda dari Pengkajian Amerika
21.  Mahligai Putri Adika dari Penyuluhan dan Kom. Pem
22.  Lori Singer Elizabeth Siregar dari Perdamaian dan Resolusi Konflik
23.  Natalina Sangapta Periangin-angin dari Perdamaian dan Resolusi Konflik
24.  Siddiq Wahyu Hidayat dari Rekayasa Biomedis
25.  Alfitri Yuni Astuti Achmad dari Rekayasa Biomedis
....
Yapppp…..namaku terselip di deretan itu….dari 29 nama yang menerima beasiswa Pascasarjana di salah satu universitas negeri untuk kurikulum tahun 2009. Setelah hampir 6 tahun berlalu, mungkin itu adalah salah satu pengalaman yang paling ingin kuulangi dalam hidup ini…..sekolah lagi.
Pada kenyataannya, hingga hari ini aku belum pernah duduk sebagai mahasiswa S2, belum pernah mengikuti kuliah bidang Perdamaian dan Resolusi Konflik (selain kelas Perdamaian senilai 3SKS di S1), dan mengikuti perkembangan dunia hanya dari media massa seperti hal nya orang kebanyakan.
Mengapa akhirnya aku tidak mengambil beasiswa itu dan lebih memilih bekerja? Mengapa aku memilih untuk meninggalkan Jogja yang nyaman dan tinggal di Jakarta yang dari dulu kuhindari? Mengapa aku mau menjadi wartawan? Mengapa aku yakin untuk menjalani hidup yang bahkan tidak kuprediksi sebelumnya?

Well, umurku memang belum mencapai 50, untuk dengan pongah berkata,”aku sudah cukup banyak makan asam-garam…”, tapi aku mau berkata itu lah hidup. Aku meyakini untuk mengambil langkah itu, karena panggilan hidup yang bersuara di hatiku mengatakan aku harus kesana.
Terkadang hidup membawa kamu bergerak ke suatu arah yang tidak diketahui, tidak kau bayangkan, bahkan (terkadang) tidak kau ingini. Hidup membawamu melihat hal-hal yang indah, namun juga membuka matamu tentang hal-hal yang dianggap tabu. Hidup membawamu merasakan kebahagiaan, tetapi tidak bisa mencegah kamu merasakan sakit dan kesedihan.

Aku suka geli sendiri melihat beberapa teman yang Nampak iri dengan pekerjaan sebagai wartawan. Kata mereka profesi ini untuk “bekerja + jalan-jalan gratis”. Pernahkah mereka berpikir kehilangan waktu pribadi bersama teman dan keluarga? Ditolak narasumber? Harus tersenyum di depan kamera saat kegelisahan, kemarahan, dan kesedihan merasuk di hatimu? Merasa jiwamu di tempat A, saat tubuhmu berada di tempat B? 

Apakah pengorbanan itu sebanding dengan relasi-relasi yang kutemui, pelajaran dan pengetahuan yang kudapatkan di berbagai daerah dan negara, seni melobi orang yang kuperoleh, kenyataan dunia yang kuhadapi ternyata tidak seindah drama dan cerita-cerita novel? Sebagian orang akan mengatakan itu semua ngga sebanding. Tapi untukku yang menjalaninya…..itu sebanding….tidak akan pernah kusesali….

Aku menjalani pilihan itu, karena aku hidup…..ada impian-impian ilahi yang ditanamkan di dalam hati, bercampur dengan berbagai ambisi, harapan, dan keinginan…entah yang mana yang akan terwujud.

Sayangnya atau untungnya, kita adalah mahluk social yang hidup bergantungan dengan orang lain. Siapa pun di sekitar kita terkadang merasa bertanggung jawab untuk melihat kita berbahagia dalam versi mereka….dalam impian mereka….dalam pandangan mereka. Jika mereka bisa, atas nama cinta, mereka akan mencegah rasa sakit itu menyentuh kita. Namun haruskah demikian? 

Suatu hari, di suatu ruangan, bersama dengan seorang public figure. Wanita yang cantik, keluarga besar yang mapan, jadwalnya diatur sekretaris pribadi, memiliki 2 anak, sepanjang hidupnya bersekolah di sekolah swasta yang terkenal. Bukankah itu yang diinginkan hampir semua orang?? Hal yang mengejutkan saat dia mengatakan bahwa hari-hari yang dia jalani bagaikan hampa. Bukankah dia memperoleh semua yang terbaik? Lalu mengapa dia bisa merasa hampa? Apakah yang diberikan oleh keluarga besarnya bukanlah sesuatu yang dia ingini?

Aku berharap bisa hidup dalam mimpi, harapan, dan visi yang muncul dalam lubuk hati ini….bukan berdasarkan mimpi dan visi orang lain. Aku ingin suatu hari berkata,"Aku tidak pernah menyesali semua ini terjadi....dan aku bersyukur mengalaminya..."....Dan seandainya….mewujudkannya semudah menuliskan kata-kata ini….

No comments:

Post a Comment