Friday, June 29, 2012

Everest: hari 21

sekolah yang dibangun Edmund Hillary, Kumjung school
Jadi, seperti yang ku sadari (dan kau sadari kini) bahwa mendaki gunung (apalagi gunung es) tidaklah semudah yang kau bayangkan... Maka tentunya kita harus salut dengan keberhasilan pendaki pertama Everest, Edmund Hillary, dan Tenzing Norgey Sherpa.

Di masa pendakian mereka, tahun 1953, tidak ada produk baju hangat untuk pendakian sebaik yang ada sekarang, belum ada sepatu pendakian seperti sekarang, dan mereka memulai start berjalan kaki bukan dari Lukla...melainkan Khatmandu..!!!!

NatGeo mengabadikan pencapaian Edmund H.
Edmund sebenarnya bukan orang Inggris, tetapi Selandia Baru. Dia berangkat ekspedisi bersama Joint Himalayan Committee di bawah bendera Inggris. Saat itu, bukan hanya rute perjalanan menuju everest yang sulit, tetapi juga pengalaman orang-orang terdahulu yang sudah mencoba menaklukkan Everest (dan berakhir gagal) bisa menjadi alasan bagi Edmund untuk pesimis, atau justru lebih merasa tertantang dan waspada. pendaki ternama masa itu, George Malloy dan Andrew Irvine, dinyatakan hilang dalam ekspedisi mereka mencapai puncak Everest.Bahkan Edmund sendiri sebelumnya telah 2 kali mencoba utuk mencapai summit Everest. Kali ini, mereka berangkat dalam jumlah besar, 400 orang -- termasuk sekitar 350 porter, dan sekitar 20 sherpa. dan siapa yang menyangka, ekspedisi mereka akhirnya sukses...Edmunda dan Tenzing mencapai Everest...

Yang menarik adalah, saat aku membaca tulisan Edmund yang tercatat dalam natgeo terbitan tahun 2003, untuk memperingati 50 tahun Everest, Edmund menyatakan bahwa dia tidak menganggap Everest se'menarik' itu, aneh, ya??? Justru yang menggugah hatinya adalah sherpa yang mendampinginya, tenzing. Dan setelah keberhasilannya mendaki Everest, ia beberapa kali kembali ke Himalaya -- bukan hanya untuk mendaki puncak-puncak lainnya, tetapi juga bersilaturahmi dengan kaum sherpa. Hingga suatu hari saat mereka asyik ngobrol, dan salah seorang dari grup Edmund bertanya,
"Apa yang kami bisa lakukan untuk kalian?"
Maka dari pihak sherpa menjawab,
salah satu buku panduan wajib para pendaki
"Anak-anak kami butuh sekolah"
Sejak saat itulah, Edmund mengerahkan segala daya upayanya untuk memperoleh dana dan material untuk membangun sekolah di Everest. Selama puluhan tahun, Edmund berhasil membangun belasan sekolah, rumah sakit, bandar, dan helipad, untuk meningkatkan kemakmuran serta mempermudah distribusi barang ke himalaya. siapa yang menduga, keberadaan bandara dan helipad justru menjadi gebang masuk bagi ribuan turis lainnya yang tertarik untuk melihat keindahan puncak-puncak himalaya... Tidak hanya itu, kini ada banyak anak-anak didik dari sekolah-sekolah himalaya yang berhasil dalam karir mereka -- menjadi guru, pilot, dan travel agent.

tugu peringatan edmund di Kumjung school
Membaca tulisan itu membuat hati ini diliputi rasa haru. Seandainya saja ada lebih banyak orang yang berjiwa seperti Edmund, mungkin hubungan anatar suku bangsa di dunia ini akan lebih baik dari sekarang, bukankah begitu???:) Tidak hanya di mata penduduk himalaya, Edmund juga memiliki nama yang harum di negerinya, sampai-sampai saat ia meninggal dunia pada 11 Januari 2008 karena gagal jantung, pemerintah Selandia Baru mencanangkan tanggal lahir Edmund, 20 Juli, sebagai hari libur nasional. Dan saat salah seorang sherpa kami menunjukkan kami DVD perayaan 50 tahun sekolah Kumjung yang dirayakan tahun lalu (selama 4 hari), aku melihat bagaimana sinar bahagia di mata masyarakat Himalaya yang merayakannya menyatakan terimakasih yang mendalam atas jasa Edmund...

No comments:

Post a Comment