Tuesday, June 12, 2012

Everest: hari 5



Namche adalah tempat yang menarik. Dari semua desa-desa yang terdapat di sepanjang pegunungan himalaya, namche adalah yang paling maju. Namche punya rumah sakit, sekolah, pasar, bahkan punya landasan helikopter.

 Di Namche juga ada museum yang didedikasikan untuk menyimpan peninggalan moyang penduduk asli himalaya, yang sejak awal kukatakan, dikenal dengan sebutan kaum sherpa. Namanya museum Sherwi Kangba. Mumpung dikasi kesempatan tinggal sehari di namche, aku dan anton memilih untuk jalan- jalan sambil liputan di museum.. Untuk masuk ke Sherwi Kangba cukup membayar 100 rupee per orang.

Di museum ini, mereka  menyimpan banyak sekali peralatan dapur dari kayu, batu, dan tembaga...benar-benar kuno. Herannya lagi, yang diabadikan termasuk juga menyimpan tumpukan kotoran yak (hewan sejenis sapi, namun badan dan bulunya lebih tebal) kering!!!! Kotoran yak digunakan masyarakat lokal sebagai bahan bakar, seperti untuk memasak, dan pemanas ruangan. Aku jadi bertanya-tanya, sebenarnya bagaimana cara moyang sherpa pertama kali menyadari klo kotoran yak bisa digunakan untuk bahan bakar,ya??? Kaum sherpa juga punya kotak penyimpanan baju dan makanan yang bentuknya kayak kotak pakaian kotor yang terbuat dari plastik dan dijual di supermarket masa kini. Bedanya, kotak penyimpanan sherpa itu dibuat dari kayu dan disalut kulit yak. Mereka tau bahwa udara dingin seringkali membuat pakaian kering pun jadi basah dan lembap. Jadi, kulit yak menjaga supaya pakaian yang disimpan tetap kering.

 Di museum juga ada ruang khusus berisi foto-foto kaum sherpa yang sudah berhasil mendaki Everest. Jumlahnya mencapai ratusan..! Wajah- wajah kaum sherpa yang terpajang di gantungan foto nampak oriental , seperti orang mongolia, dengan pipi kemerahan. Namun kulit mereka agak kuning kecoklatan, karena terbakar sinar matahari di dataran tinggi. Aku kagum dengan ide -- siapa pun yang mencetuskannya -- untuk memasang foto-foto sherpa yang berhasil mendaki Everest. Itu adalah wujud penghargaan terhadap diri mereka secara pribadi, dan juga terhadap kaum mereka secara khusus.

 Ada foto orang asing pertama yang berhasil mendaki everest di tahun 1953, Edmund Hillary, bersama dengan sherpa yang mendampinginya, Tenzing Norgey Sherpa. Lalu ada juga foto sherpa wanita pertama yang berhasil mencapai Everest, Phasang Lamu, meskipun ia harus tewas karena kehabisan oksigen. Ada sherpa yang berhasil naik ke everest sampai 22 kali...! bahkan ada yang berhasil belasan kali mencapai everest tanpa bantuan botol oksigen.... Kaum sherpa yang hidup bercocok tanam dan menggembala akhirnya turut menganggap misi pendakian everest sebagai mata pencaharian sekaligus suatu prestasi yang membanggakan. Hingga saat ini, menjadi guide, porter, dan pendamping climber menjadi mata pencaharian yang menjamur di musim pendakian. Meskipun harus diakui, bahwa mendaki di gunung-gunung himalaya beresiko sangat tinggi....mereka mempertaruhkan nyawa mereka sendiri. Tapi buktinya, sejauh ini aku belum pernah mendengar ada ekspedisi everest berlangsung tanpa melibatkan kaum sherpa.

No comments:

Post a Comment