Friday, June 29, 2012

Everest: hari 22

Hari ini aku akan meninggalkan EBC. Dan karena kebijakan tim, aku akan turun dengan helikopter. Bagaimana ceritanya?

pernah lihat orang rapat di atas es batu??;)
Kondisi kesehatan ardhesir semakin memburuk. Manajer tim selatan, hendrikus, berpendapat agar ardhesir segera dibawa turun ke khatmandu via helikopter, dan usul itu dipandang baik. Tetapi tersedia 2 seat di helikopter dan Hendrikus merasa tidak dapat meninggalkan tim karena berbagai pertimbangan, sehingga mereka memutuskan aku lah yang mendampingi Ardhesir turun ke Khatmandu

Sebenernya sih senang sekali, tapi ada juga rasa sedihnya. Senang, karena bisa sampai ke Khatmandu dalam waktu singkat, bertemu dengan kasur, bisa mandi, dan merasakan suhu perkotaan yang hangat.


Tetapi, aku rasa tak satu pun bisa dengan mudah melupakan keramahan dan kebaikan hati para sherpa yang bekerjasama dengan
 kami. Mereka murah senyum, humoris, lugu, pekerja keras, tidak mengeluh (atau mungkin mengeluh dalam bahasa mereka sendiri saja...). Intinya, mereka benar-benar patner jalan yang menyenangkan. Imej mereka sangat berbeda dengan orang-orang di jalanan Khatmandu. Rasanya membutuhkan waktu lebih untuk mengenal mereka -- tentang desa-desa mereka, perjuangan mereka, kepercayaan mereka, kesukaan mereka... Membutuhkan lebih banyak lagi malam yang dilalui dengan ngobrol bersama cangkir demi cangkir hot lemon tea.....atau mungkin lebih
helikopter yang membawa aku dan Ardhesir  pulang
banyak alur pegunungan yang ditapaki.... Selain itu, aku juga belum ke banyak tempat. Aku belum ke Kumjung untuk melihat sekolah pertama yang dibangun di pegunungan himalaya, belum juga ke Kalaphatar maupun island peak....hanya mendengar cerita-cerita menarik mengenai tempat-tempat itu.

Mulai besok, tidak akan
ada lagi sapaan, "good morning, didi..." yang disertai dengan segelas dut chiya. Ngga akan lagi menemukan salju ataupun pemandangan Lola dan Nubse yang menjulang.... Tidak akan melihat burung gagak terbang di sekitar tenda...oh, ya...dan tidak ada tenda-tenda....

Semua berubah begitu cepat....dalam waktu 2 setengah jam, pemandangan tenda-tenda dan gunung es berubah menjadi gedung-gedung di pinggir jalan perkotaan...kendaraan dimana-mana. Hening berubah jadi bising, hawa dingin berubah jadi hawa gerah...

kembali ke Khatmandu, penuh debu dan bising
Aku memilih tidak terlarut dengan perubahan itu dan segera mengantar Ardhesir ke CIWEC clinic. Ini adalah klinik yang direkomendasikan oleh pihak asuransi, karna sudah terbiasa menerima pasien-pasien WNA yang sakit atau mengalami kecelakaan selama di Nepal.

Sambil menunggu Ardhesir diperiksa, aku memesan sarapan roti bakar dan teh. Disana aku melihat ada seorang bule (entah warga negara apa) yang mengalami frostbite akut -- di kedua tangan dan kaki, serta di daun telinga dan pucuk hidung. "pastinya dia merasa sangat beruntung masih selamat, dan apa yang dia alami pasti terasa menyakitkan..", aku membathin. Aku juga bertemu dengan para pendaki China yang kemarin sempat naik everest. Seperti yang telah kukatakan, salah satu teman mereka, Mr. Ha, meninggal dunia. Sedangkan 1 lainnya mengalami frostbite di tangan. Mereka ada di klinik itu untuk melihat kondisi teman mereka yang terkena frostbite dan kini tangannya dibalut perban sebesar centong nasi. Syukurnya, 2 pendaki China lainnya dalam keadaan sehat. Mungkin bagian paling menyedihkan bagi mereka adalah jenazah Mr. Ha tidak dapat dibawa turun. Sehingga seorang sherpa hanya membantu memotret jenazahnya dan menyerahkannya pada keluarga Mr. Ha....

Meskipun aku senang sudah tiba di Khatmandu, nampaknya aku harus mulai menyesuaikan diri....

No comments:

Post a Comment